Kisah Mukjizat Melafal
Amituofo
Menasehati arwah kerasukan
melafal Amituofo
“Mendapat kunjungan dari teman yang datang dari kejauhan, betapa terasa
senangnya”, kata pepatah ini sungguh benar adanya, bulan ini hari ke-5, Upasaka
Chen Fei-lin datang dari Taitung untuk berkunjung ke Asosiasi Lotus Taichung,
semakin melafal Amituofo rupa beliau semakin tampak berwibawa, ketika bertatap
muka dengannya, sampai-sampai tak mengenalinya lagi. Bahkan saya sempat
menanyakan namanya, dia menjawab : “Chen Fei-lin”, saya jadi terkejut bercampur
gembira menyambutnya : “Bulan lalu saya baru menulis artikel di Majalah Bulanan
Pohon Bodhi, yang mengisahkan mukjizat melafal Amituofo yang dialami oleh istri
dan keponakan anda, tetapi saya lupa menanyakan nama mereka berdua, mohon maaf
sebesar-besarnya!”.
Upasaka Chen menjawab : “Keponakanku bernama Chen Qing-hui, istriku
bernama Tang Jing-he, saya telah pensiun dari pabrik gula, jadi memiliki waktu
banyak buat jalan-jalan sekalian berkunjung ke sini”. Hitung-hitung, sudah
sekitar 8 tahun kami tidak pernah bertatap muka, sebagai sesama praktisi tentu
saja tidak ada yang diperbincangkan selain membahas tentang ajaran, dia merasa
sangat beruntung dapat mengenal Buddha Dharma, dia mengatakan bahwa mukjizat
yang dialaminya bukan hanya satu dua saja, namun masih ada lagi mukjizat
lainnya untuk dibagikan kepada pembaca.
Upasaka Chen berasal dari kota kecil Hsihu di Kabupaten Changhua, sebelumnya,
pada masa penjajahan Jepang, dia meninggalkan kampung halamannya di Harbin,
Tiongkok, pada usia 28 tahun dia menikahi wanita setempat, bernama Tang
Jing-he, pada tahun yang sama lahirlah putri sulungnya yang diberi nama Yue-xiang,
nenek luarnya amat menyayangi cucunya ini, Yue-xiang termasuk anak yang
beruntung, begitu terlahir, Tiongkok memenangkan peperangan melawan Jepang.
Waktu berlalu dengan cepat, hingga lima tahun yang lalu, suatu hari, Nyonya
Chen mendadak menderita sakit perut hingga tersiksa sekali, menurut Upasaka
Chen, sejak menikah, istrinya tidak pernah menderita sakit perut separah ini,
lalu mengundang tabib tradisional dan dokter barat untuk memberi baik suntikan
maupun obat-obatan, tapi juga tak kunjung sembuh.
Saat seluruh anggota keluarga dalam keadaan tidak berdaya, Nyonya Chen
mendadak bangkit dari pembaringannya, seolah-olah sudah sembuh, lalu duduk di
kursi dan berbicara, dia memakai logat daerah timur laut : “Cepat suruh cucu
kesayanganku Yue-xiang datang kemari, aku ingin melihatnya, karena sudah
terpisah selama 18 tahun, aku amat merinduinya, cepat suruh dia kemari!”
Saat itu Yue-xiang sudah menikah, untunglah tinggalnya tidak jauh,
begitu dipanggil langsung datang, lalu dia mendekati bundanya dan bertanya :
“Mama panggil saya ke sini ada apa?”, ibundanya menjawab : “Aku bukan mama mu,
aku adalah nenek luarmu, sudah 18 tahun tidak melihatmu, aku sangat ingin
melihatmu”.
Yue-xiang bertanya lagi : “Nenek luar, anda sudah makan?”
“Sudah, aku sudah makan”.
Yue-xiang bertanya lagi : “Nenek luar, saya akan mendirikan papan
sembahyang buat anda, setuju?”
“Tidak mau! Tidak mau!”.
Melihat keadaan ini, Upasaka Chen segera menyadari bahwa mertua
perempuannya sedang merasuki tubuh istrinya, lalu dia memberi ceramah Dharma
padanya : “Ibu mertua! Anda tentu sangat menderita jatuh ke Alam Preta, karena
itu anda hendaknya melafal Amituofo, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati,
dengan demikian barulah dapat terbebas dari penderitaan dan memperoleh
kebahagiaan, saya akan ajari anda melafalnya, ikutilah saya melafal Amituofo.
Dengan sikap anjali, melafal : “Namo Amituofo……….”
Upasaka Chen berkata, saat itu dia menggunakan hati yang paling tulus
melafal Amituofo, setelah melafal hingga lebih dari 20 menit kemudian, Nyonya
Chen siuman, kondisi tubuhnya baik, logat bicaranya kembali seperti biasa yakni
logat Taiwan, bertanya : “Kenapa kalian mengelilingiku?” Upasaka Chen bertanya
padanya : “Apakah kamu tahu apa yang dikatakan ibundamu tadi?” Nyonya Chen menjawab dia tidak tahu sama
sekali. Upasaka Chen bertanya lagi : “Tadi kamu menderita sakit perut yang luar
biasa, sekarang bagaimana kondisimu?” Nyonya Chen menjawab : “Lho? Saya mana
ada sakit perut?” Menurut Upasaka Chen, sejak hari itu hingga sekarang, Nyonya
Chen dan keluarganya tetap berada dalam kondisi selamat, menikmati kebahagiaan dalam
Keluarga Buddhis.
Penulis : Upasika Lin Kan-zhi
念佛感應見聞記
腹疼難當姥姥附身
「有朋自遠方來,不亦樂乎。」這兩句話確實不錯,本月初五,臺東陳非林居士突然降臨臺中蓮社,比前福相莊嚴,使我乍見之下,認不得了。我還請教他貴姓大名,他說:「陳非林」,我即喜出望外地對他說:「我在上月菩提樹刊寫出令姪與尊夫人的奇異感應,可是忘掉了他二人名字,真是抱歉之至!」非林居士就說:「我姪兒名陳慶輝,我內人姓唐名景和,我這次是糖廠退休,慰勞我來西部遊玩,今天是順便來拜訪的。」屈指一算別來八年,也許是志同道和,無非論道談心,他自慶幸遇不可思議的佛法,不可思議的感應,他又說了幾年感應的事,且舉其中一條,以饗讀者。
陳非林居士原籍是彰化溪湖人,早在日據時代就遠渡重洋,前往東北哈爾濱、松花江地方,就職於郵政局,在廿八歲那年就與當地女子唐景和結婚,次年產一千金取名月香,外婆一家亦甚喜愛;月香可說是一幸運兒,剛出世,就是抗戰勝利,臺灣光復,歸還祖國的版圖。非林居士就攜妻女歸還故鄉,就職糖廠。
到了五年前,有一天,陳太太忽然間腹疼難當,陳居士說:「自結婚以來,未曾見過他那樣的痛苦,即請了幾位中醫和西醫打針服藥,用種種治療都不見效。」
一家人正在束手無策之時,陳太太忽然從病榻上爬起來,好像沒有病似的,坐到椅上說話了,她用東北口音的國語說:「趕快去叫月香孫女來,我要看看他,因為離開十八年了,我很想念她,趕快去叫!」這時月香已經出嫁,幸住在附近,一叫就來,走到媽媽面前就叫:「媽媽,你叫我做什麼?」她媽媽開口就說:「我不是你媽媽,我是你姥姥,十八年不見妳了,很想看你。」月香就問:「姥姥,您用過飯嗎?」「我吃過了」。月香再問:「姥姥我給您供一座牌位好不好?」陳太太又答:「不要!不要!」陳非林居士見狀,知是岳母附身,就向她開示佛法說:「姥姥!您既經墮落鬼道,一定極苦無比,妳必須要念阿彌陀佛,求生西方極樂世界,纔能離苦得樂,我教您念,你要隨我念。雙手合掌,念:「南無阿彌陀佛......。」
陳居士說,他當時合掌用志誠心念,念不到二十句的萬德洪名,彌陀聖號,陳太太便清醒過來,身體亦安然無恙,依然用臺語說話,問大家:「你們這麼多人圍在這裡做什麼?」陳居士就問他:「剛才妳媽媽來說甚麼你知道嗎?」陳太太說一點也不知道。陳居士再問他:你剛才肚子痛得那樣利害,現在怎樣呢?」陳太太竟說:「我沒有肚子痛啊!」據說自那一天起,到現在,陳太太及一家人平安無事,享盡佛化家庭的天倫之樂。
(附註)陳非林居士說:「姥姥」二字是東北諸省的話,即臺語的「阿媽」,其他各地也有叫奶奶或是外婆的。
林看治老居士著