Kisah Master Daochuo
Bagian 2
15.
Master
Daochuo berhasil mewarisi ceramah Master Tanluan, di Vihara Xuanzhong memulai
menceramahkan “Amitayurdhyana Sutra”, totalnya sebanyak 200 kali pengulangan,
menarik minat banyak praktisi untuk berdatangan mendalami Ajaran Tanah Suci.
16.
Setiap kali
usai ceramah, para hadirin akan melafal Amituofo bersama-sama, suara lafalan
memenuhi lembah gunung.
17.
Untuk
memudahkan praktisi menghitung jumlah lafalan Amituofo, Master Daochuo
menggunakan butiran kacang untuk menghitung jumlah lafalan. Setiap melafal satu
kali, memasukkan sebutir kacang ke dalam mangkok, dengan cara demikian
menghitungnya.
18.
Kemudian,
Master Daochuo menyempurnakan metode perhitungan ini, menciptakan tasbih
seperti yang kita gunakan sekarang ini.
19.
Dibawah
bimbingan Master Daochuo, di daerah Jin’yang, Taiyuan dan Wenshui, seluruh
lapisan masyarakat di atas 7 tahun, juga tahu melafal Amituofo, di seluruh
jalan besar dan gang kecil, di mana-mana juga terdengar suara lafalan Amituofo.
20.
Karya Master
Daochuo yang tersohor adalah “An-Le-Ji”, atau “Kumpulan Syair Kedamaian” (Master
Dao Chuo mengutip kalimat-kalimat dari Sutra untuk menasehati praktisi Buddhis
supaya melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati).
Master
Daochuo membuat perbedaan cara melatih diri yang mengandalkan kekuatan sendiri
dan kekuatanNya (kekuatan tekad Buddha Amitabha). Master Daochuo memahami bahwa
para makhluk yang berada pada zaman berakhirnya Dharma ini, jika melatih pintu
Dharma lainnya akan sulit meraih keberhasilan, maka itu menasehati khalayak
ramai supaya melatih Pintu Dharma Tanah Suci.
21.
Ini
dikarenakan di dalam Pintu Dharma Tanah Suci ada tekad agung yang diikrarkan
Buddha Amitabha sebagai jaminannya, setiap makhluk, meskipun semasa hidup
pernah melakukan karma buruk, saat menjelang ajal (bertobat), asalkan melafal
sepuluh lafalan Amituofo, maka dengan mengandalkan kekuatan Buddha terlahir ke
Tanah Suci Sukhavati.
22.
Waktu itu
ada orang yang meremehkan Pintu Dharma Tanah Suci, menganggap bahwa terlahir ke
Alam Sukhavati bukanlah sikap seorang ksatria, harusnya meneladani Bodhisattva Ksitigarbha,
berada di tanah keruh ini guna menyelamatkan para makhluk. Terhadap hal ini,
Master Daochuo mengambil sebuah perumpamaan untuk menjelaskannya.
23.
Master
Daochuo berkata, Bodhisattva Ksitigarbha dan para Bodhisattva lainnya telah
mencapai tingkatan Ketidakmunduran dari pencapaian KeBuddhaan, meskipun berada
di tanah keruh juga takkan dikotori oleh tanah keruh, seperti bebek dan angsa
masuk ke dalam kolam, bulunya takkan dibasahi air.
24.
Tetapi bagi
orang awam yang hidup pada zaman berakhirnya Dharma, dapat dikotori oleh lima
jenis kekeruhan yang ada di tanah keruh, seperti ayam yang dimasukkan ke dalam
air, sekejab saja berubah jadi sup ayam (basah kuyup).
25.
Juga ada
pengikut sekte sesat yang ingin menfitnah Master Daochuo, tetapi setelah
menyaksikan langsung wajah welas asih Master, seketika itu juga langsung
diteduhkan oleh Master.
26.
Sampai pada
masa Dinasti Tang, keagungan Master Daochuo semakin tersebar luas, ketika
Kaisar Tang Taizong melewati Taiyuan, sengaja bersama dengan Permaisuri Wende,
berkunjung ke Vihara Xuanzhong untuk bersua dengan Master Daochuo, sambil
berdana dan memberi persembahan.
27.
Master
Daochuo meninggal dunia pada usia 84 tahun.