Juragan Toko Perhiasan
1. Di sudut sebuah jalanan yang ramai, terdapat sebuah toko perhiasan yang membuat mata setiap orang yang memandangnya jadi gemerlapan.
2. Penampilan
etalase-nya begitu mengkilap, mengeluarkan suara gemerincing permata yang sedap
didengar telinga, di tengah rimba perhiasan tersebut, tampak sebuah sosok
sederhana yang sedang melafal Amituofo.
3. Dia-lah
juragan toko perhiasan, hobinya melafal Amituofo, sampai-sampai perhiasan-perhiasan
yang berada di sekelilingnya seakan-akan ikut memancarkan kilau keemasan penuh
sukacita Alam Sukhavati.
4. Tetapi
ada saja tatapan dingin yang mengeluh : “Iyalah, bukannya baik-baik mengelola bisnis,
asalkan melafal Amituofo sudah bisa dapat makan!” Nyonya juragan yang
berpakaian penuh gaya itu selalu melemparkan sindiran kepada suaminya.
5. Suatu
hari di pagi buta, Nyonya juragan sedang menuruni anak tangga menuju ke ruangan
toko, merasakan ada hembusan angin dingin yang masuk melalui pintu toko.
6. “Astaga...........”
dia menutupi kedua pipinya, memandangi pintu besi yang sudah dilubangi, rahangnya
menganga lebar hampir saja terjatuh.
7. Dia
mengamati dengan seksama, etalase-etalase kosong yang memancarkan kesedihan,
gemerlapan perhiasan yang penuh percaya diri kini telah hilang.
8. Api
amarah segera berkobar memenuhi dirinya, segera melontarkan makian, ibarat
lautan api yang mengepung juragan toko yang hanya tahu melafal Amituofo.
9. “Lihatlah
Buddha Amitabha-mu punya seberapa kehebatan, andaikata perhiasan emas itu bisa
kembali, jangankan cuma kamu saja yang melafal Amituofo, bahkan saya juga akan
tiap hari menemanimu melafal! “ Emosi Nyonya juragan telah memuncak sampai-sampai
raut wajah pun ikut berubah!
10.
Keesokan harinya saat larut malam, seorang sosok yang tampak kelelahan, membawa
sebuah karung besar berisi barang curian, datang ke toko perhiasan.
11. “Saya
datang mengembalikan emas kepada kalian! Saya bukannya tidak melarikan diri, sudah
belasan kali saya berkeliling mencari jalan keluar, tetapi akhirnya kembali
lagi ke tempat semula, lebih baik barang-barang ini saya kembalikan saja kepada
kalian!” kata pencuri yang telah putus asa itu.
12. Keesokan
paginya, dengan mengenakan jubah Haiqing (jubah yang dikenakan umat Mahayana
saat kebaktian), Nyonya juragan dengan tulus melafal Amituofo, dalam hatinya
berpikir : “Benarkah Buddha Amitabha itu seperti sosok ksatria berperisai?! Mengapa
begitu gampangnya menemukan kembali harta benda kami!”
Judul asli :