Kisah Wanita Penyembelih
(Bagian 2)
21. Fenomena ini berlangsung sekitar 7-8 menit
lamanya, barulah perlahan-lahan Zhang Lian-di tenang kembali. Bhiksu menanyakan
apa yang terjadi pada dirinya, dia menjawab melihat setan lagi.
22. Ternyata, ketika terjadi pergantian shift, grup
pertama hendak pulang beristirahat, Zhang Lian-di konsentrasinya buyar, dia
berpikir : Harusnya saya mengantar Bhiksu ke depan pintu, ini adalah etika.
Tetapi dia terbaring tak berdaya, mustahil bisa bergerak, alhasil arwahnya
terpental keluar, setan petugas neraka segera datang hendak menangkapnya.
23. Kali ini suasana benar-benar sudah kritis,
arwah Zhang Lian-di mengikuti para Bhiksu berjalan keluar rumah, dia melihat
halaman rumahnya dipenuhi setan, ada yang membawa rantai besi, garpu baja,
pisau raksasa, dan perlengkapan menyeramkan lainnya, siap-siap menghampiri dan
menangkap Zhang Lian-di.
24. Zhang Lian-di ketakutan dan kabur ke dalam
rumah, masuk kembali ke tubuh kasarnya dan dengan sekuat tenaga melafal
Amituofo berkesinambungan tak terputus.
25. Oleh karena di dalam rumah ada orang melafal
Amituofo, sehingga para setan petugas neraka tidak bisa masuk ke dalam rumah,
hanya bisa menunggu di luar, alhasil beberapa menit kemudian mereka membubarkan
diri. Barulah Zhang Lian-di tenang kembali, kali ini dia berhasil lolos lagi.
26. Para Bhiksu yang melihat suasana sudah tenang
kembali, memperkirakan Zhang Lian-di hari ini juga takkan meninggal dunia, maka
itu usai melafal Amituofo, mereka pulang ke vihara.
27. Baru saja tenang beberapa hari, sekitar
seminggu kemudian, vihara menerima kabar bahwa Zhang Lian-di telah
menghembuskan nafas terakhir, pukul 5 dini hari, para Bhiksu mendatangi
rumahnya lagi untuk melafal Amituofo.
28. Sesampainya di rumah Zhang Lian-di, mereka
melihat wajah mendiang tampak menyeramkan, mulutnya menganga lebar, matanya
terbalik. Keluarganya juga tidak memahami hal begini, menutup matanya lalu
menyisir rambutnya.
29. Para Bhiksu menutup jasad Zhang Lian-di dengan
Selimut Dharani, selanjutnya melafal Amituofo dan melimpahkan jasa kebajikan
kepadanya. Oleh karena tradisi dan adat setempat, tidak leluasa melafal terlalu
lama, pukul 1 siang para Bhiksu pulang ke vihara.
30. Sore harinya, putri Zhang Lian-di menelepon ke
vihara, jasad mamanya sekarang berubah jadi lentur dan lembut, wajahnya juga
telah menjadi damai.
31. Waktu itu adalah musim panas, suhu udara dalam
rumah lebih dari 40 derajat celcius, setelah disemayamkan sehari semalam,
jenazah tidak menebarkan bau sama sekali, juga tidak membusuk dan bernanah,
ketika dimasukkan ke dalam keranda, wajahnya menebarkan senyum.
32. Hari ke-7 setelah wafat, cucu Zhang Lian-di
melihat arwah Neneknya pulang ke rumah, berpenampilan serupa Bodhisattva, di
sekitarnya juga ada banyak Bodhisattva. Selain itu juga melihat ada segerombol
babi, perlahan-lahan mereka berubah jadi wujud manusia.
33. Kisah Zhang Lian-di si wanita penyembelih babi,
menjadi topik pembicaraan hangat warga di dusunnya, semua orang merasa sungguh
takjub, bahkan terbagi jadi dua kelompok yang beda pendapat, ada yang
mengatakan Zhang Lian-di telah terlahir di Alam Sukhavati, lantas ada pula yang
bilang dia begitu jahat, mustahil bisa terlahir di Tanah Suci Sukhavati.
34. Sesungguhnya mereka tidak mengetahui Maha
Maitri Maha Karuna-Nya Buddha Amitabha, yang tidak tega melihat penderitaan
para makhluk, terutama mereka yang akan menjalani siksaan akibat perbuatan
jahatnya, Buddha Amitabha akan lebih mengasihani mereka. Asalkan mau bertobat
dengan setulusnya, maka juga akan memperoleh penyelamatan.
35. Ibarat seorang ibunda yang penuh kasih,
terhadap anaknya yang paling bandel sekalipun, yang tidak patuh dan
pembangkang, bunda akan memberi perhatian dan kasih sayang yang lebih banyak,
mereka tidak tahu akibat ulah mereka, sesungguhnya hati ibunda jadi hancur
berkeping-keping. Beginilah kasih Buddha Amitabha kepada semua makhluk.
Disadur dari :