Rabu, 06 Juni 2018

28. Pertunjukan Boneka Kain



Begitu suara lafalan Amituofo terdengar, fajar langsung menyingsing, hantu segera menjauh



 

1. Seperti biasanya, begitu langit gelap, suasana pun jadi sunyi senyap, tidak tampak satu pun manusia di jalanan, beginilah kondisi kehidupan warga yang tinggal di tepi danau tersebut.

Namun malam ini terasa begitu istimewa, mendadak tampak banyak orang berduyun-duyun mendatangi tempat pentas boneka kain, betapa ramainya!



 

2. Suasana di sekeliling gelap gulita, sebuah panggung berdiri di bawah pohon, pemain boneka kain sedang sibuk memperagakan kebolehannya, melakonkan petunjukan yang menarik hati.



 

3. Ketua grup berusaha mengubah suaranya, membuat boneka kain yang berada di tangannya supaya tampak emosional, sehingga penonton di bawah pentas bertepuk tangan dan meneriakkan bagus, bagus.



 

4. Tetapi waktu sudah berlalu lama sekali, lama sekali..............” Kenapa fajar masih belum menyingsing? Semua personil pertunjukan boneka kain, sudah pada kelelahan, menguap lebar dan mengantuk, mereka mulai menggerutu.



 

5. Ketua grup juga merasa heran : “Selama ini kita belum pernah bertemu dengan kondisi begini! Pasti dia, ini pasti berkaitan dengan sosok wanita tempo hari itu!”



 

6. Dia jadi teringat beberapa hari yang lalu, ada seorang wanita yang berdandan tebal, berpakaian cantik datang menemui dan mengundangnya untuk membuat pertunjukan boneka kain.



 

7. “Apapun ceritanya juga tidak masalah, asalkan buat pertunjukan sampai fajar menyingsing baru boleh berhenti. Ada satu hal lagi, tolong jangan melafal “Amituofo” ya!  Wanita ini memohon dengan sangat santun. 



 

8. Saat itu ketua grup melihat ke angkasa, lalu pandangannya perlahan mengarah ke arah penonton yang berada di bawah pentas, tanpa disadari tangan dan kakinya gemetaran, bulu kuduknya merinding.



 

9.  Tanpa berpikir dua kali, dia langsung berteriak dengan sekuat tenaga “Amituofo!”



 

10. Dalam waktu sekejab terdengar suara “Boom!”. Pentas boneka kain roboh ke tanah, para penonton raib entah ke mana. Di bawah terik mentari, tampak sebuah lahan kosong yang sunyi senyap.



 

11. Ketua grup menyadari telah bertemu dengan hantu, bersama personilnya sibuk membereskan barang-barangnya lalu segera mengambil langkah seribu.



 

12. Sepatah “Namo Amituofo” memiliki kekuatan yang tiada bandingnya, kejadian ini membuat warga setempat mengukir tulisan “Namo Amituofo” di sebuah batu besar, diletakkan di tepi danau, melindungi keselamatan mereka.

Judul asli :