Rabu, 06 Juni 2018

27. Hanya Mengandalkan Dewa Tua

Hanya Mengandalkan Dewa Tua



 

1. Di Dusun Goubei di Prefektur Weihai, Shandong, terdapat seorang Nyonya tua berusia 94 tahun bernama Wang Gui-ying, kisahnya terlahir ke Alam Sukhavati, menyebabkan banyak praktisi Pelafal Amituofo jadi memiliki ketetapan hati.

Nyonya tua saat berusia 42 tahun pernah berdoa di “Kelenteng Xiangu” minta dikaruniai buah hati dan terkabul, melahirkan seorang putra, karena itu sepanjang hidupnya dia begitu percaya pada Dewa. Kadang kalau lagi ada masalah, dia akan memohon pada “Dewa Tua”.



 

2. Pada musim dingin tahun 1999, Nyonya tua mendadak berteriak : “Kebakaran!”. Sepasang tangannya bergerak seolah-olah sedang memadamkan api, gejala begini berlangsung selama berhari-hari.



 

3. Upasika Xia yang satu kampung dengannya, datang mencari menantu perempuannya, hendak mengajaknya bersama-sama melafal Amituofo, tetapi menantunya sedang tidak berada di rumah, akhirnya Upasika Xia bercengkerama dengan Nyonya tua, Upasika Xia memperlihatkan sebuah rupang Buddha mini kepada Nyonya tua. Nyonya tua menunjuk pada rupang Buddha sambil bertanya : “Ini siapa?”



 

4. Upasika Xia tahu Nyonya tua percaya pada “Dewa Tua”, juga takut mati, makanya menjawab : “Ini adalah Buddha Amitabha, merupakan “Dewa Tua”  yang paling senior di Langit. Kalau lagi sakit, boleh memohon kesembuhan padanya; kalau penyakitnya parah tidak bisa diobati lagi, maka Dewa Tua ini akan segera menjemputnya pergi ke tempat kediamanNya yang dipenuhi emas, perak dan permata lainnya, Anda harus jalan-jalan ke sana.

Setelah mendengarnya, Nyonya tua merasa begitu gembira, “Iya betul, harus jalan-jalan ke sana, bisa bawa pulang sedikit permata saja sudah cukup lumayan, biar semuanya bisa bagi-bagi, beban hutang pun jadi lunas........”



 

5. Upasika Xia mengajarinya melafal Amituofo, tapi ingatan Nyonya tua memang buruk, selalu saja lupa, Amituofo selalu dilafal jadi “Dewa Tua”. Suara lafalan Amituofo yang keluar dari mesin pemutar, Nyonya tua sangat suka mendengarnya, setiap hari dia akan membuka dan mendengarnya, tidak rela mengembalikannya pada menantunya, akhirnya si menantu terpaksa mengundang satu unit lagi dari vihara. Sejak itu, setiap ada problema yang mengganjal di hatinya, Nyonya tua akan bersujud dan bernamaskara di hadapan rupang Buddha.

Selanjutnya, Upasika Xia jadi sering datang mengunjungi Nyonya tua, setiap kali pula berpesan padanya : Bibi, mohonlah pada Dewa Tua (menunjuk pada Buddha Amitabha) : “Anda bawa saya ke mana, saya ikuti saja, kalau orang lain yang datang menjemput, saya takkan sudi mengikutinya, saya cuma mau ikut denganMu seorang saja”.

Setiap kali sebelum pamit pulang, Upasika Xia selalu bertanya pada Nyonya tua : “Apakah anda sudah berpikir sedemikian rupa?”. “Iya sudah”. “Apakah anda sudah mengatakan sedemikian rupa?”. “Iya sudah”.



 

6. Suatu hari Nyonya tua berkata pada Upasika Xia : “Semalam mendiang suamiku (meninggal lebih dari 30 tahun silam) datang mengajakku pergi, saya tidak menghiraukannya”.

Ada lagi suatu hari Nyonya tua berkata pada Upasika Xia : “Dewa Tua bilang bahwa saya (Wang Gui-ying) juga merupakan Dewa Tua. Beliau juga bilang bisa membantuku”.



 

7. Pada tanggal 26 April 2001, Nyonya tua jatuh dari tempat tidurnya, di kepalanya muncul benjolan besar, wajahnya diselimuti kegelapan, kemudian tidak berselera makan.

Upasika Xia bertanya : “Muka Anda sakit tidak?”. “Tidak sakit, Dewa Tua memercikkan air ke mukaku, jadi tidak sakit lagi”. Dua hari sebelum wafat, Upasika Xia bertanya lagi pada Nyonya tua : “Kenapa Anda tidak bertanya pada Dewa Tua kapan datang menjemputmu?”. Nyonya tua menjawab : “Tunggu mukaku sembuh baru membawaku pergi”.



 

8. Nyonya tua telah mempersiapkan segala keperluan buat upacara perkabungannya : Malam sebelumnya, dia menyuruh keluarganya membantunya mengganti pakaiannya, mengukus kue, menaruh bahan-bahan sembahyang (menurut tradisi masyarakat setempat).

Tanggal 13 Mei pukul 11 siang, Nyonya tua meninggal dunia dengan damai. Wajahnya yang semula gelap kini kembali seperti sedia kala. Hari kedua ketika hendak berangkat menuju ke pemakaman, waktu keranda diangkat ke mobil jenazah, keluarganya melihat posisi berbaring jasad kurang tepat, lalu membantu meluruskannya, barulah menyadari ternyata tubuh kasar Nyonya tua begitu lentur dan lembut. Para hadirin jadi tercengang.



 

9. Kisah Nyonya tua terlahir ke Alam Sukhavati ini, telah banyak membantu Upasika Xia. Upasika Xia meskipun sering menasehati orang lain supaya melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, namun di hati kecilnya masih terdapat secuil keraguan : “Terlahir ke Alam Sukhavati bukanlah masalah kecil, kalau tidak punya pelatihan diri yang tinggi, mana bisa?”. Maka itu keraguan ini selalu membuatnya jadi kurang percaya diri, tidak sanggup menfokuskan diri dalam melafal Amituofo, kadang kala masih menambah-nambah metode lainnya, melatih metode nasi campur, prakteknya juga kacau balau.



 

10. Sementara itu, Nyonya tua dengan hati yang lugu, cuma mengandalkan “Dewa Tua” saja, namun akhirnya juga berhasil terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, dapat dilihat bahwa tekad Buddha tidaklah semu. Kini Upasika Xia barulah benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan “Melafal Amituofo dengan setulus hati”.

Judul asli :
念佛漫画 | 错将弥陀唤老神将错就错生净土
http://xiyuee.blogspot.com/