Wu Xin-sou Tidur di Keranda
1.
Kekuasaan di dunia ini, setelah terpecah lama kelamaan akan bersatu, setelah
bersatu lama kelamaan akan terpecah, kekuatan baru tiada henti-hentinya menumbangkan
Dinasti lama. Sampai pada periode awal Dinasti Song Selatan, di sisi luar
(eksternal) terdapat berbagai suku dan kelompok yang siap menginvasi kapan
saja, sementara itu di sisi dalam (internal) terdapat kelompok pejabat
pengkhianat, yakni Qin Hui dkk, yang memiliki pengaruh kuat di pemerintahan, para
pejabat jujur dan setia malah dibuang ke pengasingan, diantaranya adalah : Wu
Xin-sou.
2.
Wu Xin-sou adalah pejabat Dinasti Song yang setia dan jujur, namun oleh karena
beda pendapat dengan Qin Hui, sehingga terjadi perdebatan, akhirnya Wu Xin-sou
dipecat dari jabatannya dan diturunkan statusnya jadi rakyat biasa, diasingkan
dan dipulangkan ke kampung halamannya.
3.
Sesampainya di kampung halaman, Wu Xin-sou mendirikan sebuah gubuk, siang malam
melakukan perenungan, tidak peduli lagi dengan masalah duniawi, akhirnya dia
menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah tidak kekal.
4.
Dinasti Shang menumbangkan Dinasti Xia, Kaisar Zhou Wu-wang mendirikan Dinasti
Zhou meruntuhkan Dinasti Shang, selanjutnya Dinasti Qin, Han, Wei, Jin, satu
persatu Dinasti muncul dan lenyap, meskipun Dinasti sekuat Tang, dimana
kejayaan dan kemakmuran-nya belum ada tandingannya sepanjang sejarah, namun
akhirnya juga tumbang digantikan Dinasti lainnya, dan kini Dinasti Song yang
tidak tegas dan goyah, mustahil bisa bertahan bukan?
5.
Jabatan tinggi dan gaji besar, menikmati kejayaan dan kemakmuran, namun hanya dalam
semalam semuanya sirna, walaupun Patriot dan Jenderal yang super setia seperti
Yue Fei, juga karena difitnah oleh Qin Hui sehingga harus kehilangan nyawa,
sekarang pikir-pikir masih lumayan dipecat dan dibuang ke pengasingan, namun
nyawa masih bisa dipertahankan, sudah sungguh beruntung, mana mungkin berharap
lagi bisa memberi gelar bangsawan untuk istri dan anak, serta melindungi
kepentingan anak cucu di kemudian hari?
6.
Nyawa manusia sungguh rapuh, siang malam tak terlindungi, begitu sehela nafas
tak kembali lagi, maka berpisah dengan dunia ini buat selamanya, meskipun punya
9 nyawa, juga tak terhindarkan dari penangkapan oleh petugas Neraka, meskipun
setiap hari sibuk dengan hal-hal di luar diri, seratus tahun lagi hasilnya
adalah sejengkal tanah kuburan, lantas harus bagaimana?
7.
Akhirnya Wu Xin-sou menemukan jawabannya di dalam Buddha Dharma. Buddha
membabarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini tak terpisahkan dari 4 tahapan
perubahan yakni pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, bahkan planet yang
kita huni sekarang ini, seiring berjalannya waktu juga akan lenyap.
Sedangkan
di penjuru barat sana ada sebuah alam yang dinamakan Alam Sukhavati, di sana
ada seorang Buddha yang bernama Buddha Amitabha, setiap orang asalkan bersedia
melafal namaNya, maka dapat terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, memperoleh
kebahagiaan tak terhingga, takkan mengalami siksaan penderitaan lahir, tua,
sakit dan mati.
8.
Sejak itu, Wu Xin-sou siang malam melafal Amituofo di dalam gubuk. Dia bahkan
memesan sebuah keranda khusus buat dirinya, tiap malam tidur di keranda
tersebut, untuk menyadarkan diri sendiri bahwa kehidupan ini sungguh tidak
kekal, mengingatkan diri sendiri jangan lagi mendambakan dunia saha, seharusnya
mengagumi Alam Sukhavati yang suci dan damai.
9.
Tiap pukul 5 dini hari, pembantunya akan memukul dinding keranda sambil
menyanyikan : “Wu Xin-sou, pulanglah ke
Alam Sukhavati! Tidak ada tempat yang aman di dalam Triloka maka itu tidak
boleh didiami, lain halnya di Alam Sukhavati penuh dengan kuntum-kuntum Bunga
Lotus. Pulanglah ke Alam Sukhavati!”
Begitu
mendengarnya, Wu Xin-sou segera bangun melafal Amituofo, tidak berani malas
sama sekali.
10.
Demikianlah hari demi hari berlalu. Suatu hari ketika dia melewati Xiaoshan,
tiba-tiba mendengar dari angkasa sebuah irama yang indah, mengetahui ajalnya
telah tiba, saat itu juga dia duduk melafal Amituofo dan meninggal dunia,
mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
11.
Buddha berkata nyawa manusia terletak pada sehela nafas. Master Shandao berkata
ketidakkekalan bisa datang kapan saja, kita hidup berdampingan dengan kematian.
Master Yin Guang berkata, mesti menempel selembar aksara mati di kening kita.
Menghadapi kematian yang bisa datang setiap saat, apakah Anda telah
mempersiapkan diri?
Disadur
dari :