Jumat, 08 Juni 2018

33. Wu Xin-sou Tidur di Keranda

Wu Xin-sou Tidur di Keranda



 

1. Kekuasaan di dunia ini, setelah terpecah lama kelamaan akan bersatu, setelah bersatu lama kelamaan akan terpecah, kekuatan baru tiada henti-hentinya menumbangkan Dinasti lama. Sampai pada periode awal Dinasti Song Selatan, di sisi luar (eksternal) terdapat berbagai suku dan kelompok yang siap menginvasi kapan saja, sementara itu di sisi dalam (internal) terdapat kelompok pejabat pengkhianat, yakni Qin Hui dkk, yang memiliki pengaruh kuat di pemerintahan, para pejabat jujur dan setia malah dibuang ke pengasingan, diantaranya adalah : Wu Xin-sou.



 

2. Wu Xin-sou adalah pejabat Dinasti Song yang setia dan jujur, namun oleh karena beda pendapat dengan Qin Hui, sehingga terjadi perdebatan, akhirnya Wu Xin-sou dipecat dari jabatannya dan diturunkan statusnya jadi rakyat biasa, diasingkan dan dipulangkan ke kampung halamannya.



 

3. Sesampainya di kampung halaman, Wu Xin-sou mendirikan sebuah gubuk, siang malam melakukan perenungan, tidak peduli lagi dengan masalah duniawi, akhirnya dia menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah tidak kekal.



 

4. Dinasti Shang menumbangkan Dinasti Xia, Kaisar Zhou Wu-wang mendirikan Dinasti Zhou meruntuhkan Dinasti Shang, selanjutnya Dinasti Qin, Han, Wei, Jin, satu persatu Dinasti muncul dan lenyap, meskipun Dinasti sekuat Tang, dimana kejayaan dan kemakmuran-nya belum ada tandingannya sepanjang sejarah, namun akhirnya juga tumbang digantikan Dinasti lainnya, dan kini Dinasti Song yang tidak tegas dan goyah, mustahil bisa bertahan bukan?



 

5. Jabatan tinggi dan gaji besar, menikmati kejayaan dan kemakmuran, namun hanya dalam semalam semuanya sirna, walaupun Patriot dan Jenderal yang super setia seperti Yue Fei, juga karena difitnah oleh Qin Hui sehingga harus kehilangan nyawa, sekarang pikir-pikir masih lumayan dipecat dan dibuang ke pengasingan, namun nyawa masih bisa dipertahankan, sudah sungguh beruntung, mana mungkin berharap lagi bisa memberi gelar bangsawan untuk istri dan anak, serta melindungi kepentingan anak cucu di kemudian hari?



 

6. Nyawa manusia sungguh rapuh, siang malam tak terlindungi, begitu sehela nafas tak kembali lagi, maka berpisah dengan dunia ini buat selamanya, meskipun punya 9 nyawa, juga tak terhindarkan dari penangkapan oleh petugas Neraka, meskipun setiap hari sibuk dengan hal-hal di luar diri, seratus tahun lagi hasilnya adalah sejengkal tanah kuburan, lantas harus bagaimana?



 

7. Akhirnya Wu Xin-sou menemukan jawabannya di dalam Buddha Dharma. Buddha membabarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini tak terpisahkan dari 4 tahapan perubahan yakni pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, bahkan planet yang kita huni sekarang ini, seiring berjalannya waktu juga akan lenyap.

Sedangkan di penjuru barat sana ada sebuah alam yang dinamakan Alam Sukhavati, di sana ada seorang Buddha yang bernama Buddha Amitabha, setiap orang asalkan bersedia melafal namaNya, maka dapat terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, memperoleh kebahagiaan tak terhingga, takkan mengalami siksaan penderitaan lahir, tua, sakit dan mati.



 

8. Sejak itu, Wu Xin-sou siang malam melafal Amituofo di dalam gubuk. Dia bahkan memesan sebuah keranda khusus buat dirinya, tiap malam tidur di keranda tersebut, untuk menyadarkan diri sendiri bahwa kehidupan ini sungguh tidak kekal, mengingatkan diri sendiri jangan lagi mendambakan dunia saha, seharusnya mengagumi Alam Sukhavati yang suci dan damai.



 

9. Tiap pukul 5 dini hari, pembantunya akan memukul dinding keranda sambil menyanyikan :  “Wu Xin-sou, pulanglah ke Alam Sukhavati! Tidak ada tempat yang aman di dalam Triloka maka itu tidak boleh didiami, lain halnya di Alam Sukhavati penuh dengan kuntum-kuntum Bunga Lotus. Pulanglah ke Alam Sukhavati!”

Begitu mendengarnya, Wu Xin-sou segera bangun melafal Amituofo, tidak berani malas sama sekali.



 

10. Demikianlah hari demi hari berlalu. Suatu hari ketika dia melewati Xiaoshan, tiba-tiba mendengar dari angkasa sebuah irama yang indah, mengetahui ajalnya telah tiba, saat itu juga dia duduk melafal Amituofo dan meninggal dunia, mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.



 

11. Buddha berkata nyawa manusia terletak pada sehela nafas. Master Shandao berkata ketidakkekalan bisa datang kapan saja, kita hidup berdampingan dengan kematian. Master Yin Guang berkata, mesti menempel selembar aksara mati di kening kita. Menghadapi kematian yang bisa datang setiap saat, apakah Anda telah mempersiapkan diri?

Disadur dari :