Kisah Master Daochuo
Bagian 1
1.
Master Daochuo,
merupakan penduduk Qi Utara, pada akhir Periode Dinasti-Dinasti Selatan dan
Utara. Master Daochuo lahir pada tahun 562 di Bingzhou (sekarang adalah daerah
sekitar Taiyuan, Provinsi Shanxi), di sebuah keluarga biasa yang bermarga Wei.
2.
Pada saat
itu, di wilayah bagian Utara, terjadi pertempuran sengit antara Zhou Utara dan
Qi Utara, kedua negara ini sepanjang tahun selalu terlibat peperangan, kebetulan
kampung halaman Master Daochuo tepat berada di garis depan pertempuran.
3.
Kekacauan
perang, bencana kelaparan, wabah penyakit, masa remaja Master Daochuo dilewati
dalam ancaman berbagai bencana alam dan bencana akibat ulah manusia.
4.
Usia 14
tahun, Master Daochuo menyadari secara mendalam betapa rapuhnya nyawa manusia,
kehidupan yang sungguh tidak kekal, akhirnya meninggalkan keduniawian dan
melatih diri.
5.
Setelah
menjadi Bhiksu, Master Daochuo mendalami “Mahaparinirvana Sutra”, memahami
secara mendalam tentang Jiwa KeBuddhaan. Kemudian beliau mulai menceramahkan
“Mahaparinirvana Sutra”, totalnya adalah sebanyak 24 kali pengulangan, dalam
waktu singkat namanya mulai tersohor.
6. Tetapi di
kemudian hari, Master Daochuo menyadari satu hal : Meskipun secara teori, semua
makhluk memiliki benih KeBuddhaan, tetapi untuk mencapai KeBuddhaan, bukanlah
hal yang gampang, harus sempurna akan berbagai persyaratan.
Ibarat sebutir
bibit pohon, jika tidak ada lingkungan pertumbuhan yang bagus, tidak ada sinar
mentari, siraman hujan, adalah mustahil bisa tumbuh menjadi pohon besar.
7.
Sementara itu
Master Daochuo hidup pada era yang telah memasuki zaman berakhirnya Dharma, banyak
anggota Sangha yang sibuk mengejar ketenaran dan keuntungan, mendekati dan
menyanjung orang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan, berharap dapat menjayakan
diri sendiri, budaya melatih diri semakin memudar.
Dalam
lingkungan begini melatih diri, kapankah barulah bisa mencapai KeBuddhaan?
Master Daochuo diam-diam meninggalkan Vihara, pergi berkelana mencari jalan
pencerahan.
8.
Waktu itu di
daerah sekitar Hebei, ada sekelompok anggota Sangha yang mengasingkan diri ke
dalam hutan, yang diketuai oleh Master Dhyana Huizan.
Mereka melestarikan
banyak tradisi asli yang diwariskan dari era Buddha Sakyamuni, menjalankan
disiplin sila, pertapaan keras, berkembang menjadi sebuah budaya baru kala itu.
9.
Master
Daochuo yang segenap hatinya berniat melatih diri, datang ke sini, memulai
melatih metode Dhyana, berharap dapat mencapai pencerahan.
10.
Setelah
melewati kurun waktu 20 tahun melatih Dhyana dengan tekun, Master Daochuo menyadari
bahwa esensi metode Dhyana sangat mendalam, pastinya bukanlah orang awam di
zaman berakhirnya Dharma ini, sanggup melatih dan tercerahkan darinya.
11.
Dari 84 ribu
pintu Dharma, manakah yang dapat dilatih orang awam sehingga dapat
berhasil? Dengan membawa pertanyaan ini, Master Daochuo yang berusia 48 tahun,
kembali lagi melakukan pengelanaan mencari jalan pencerahan.
12.
Kali ini,
Master Daochuo tiba di Vihara Xuanzhong yang terletak di Gunung Shibi, Shanxi, di
sini merupakan tempat kediaman Master Tanluan saat berusia lanjut. Waktu itu
Master Tanluan telah wafat 69 tahun lamanya.
13.
Di dalam
Vihara terdapat prasasti yang mencatat riwayat hidup Master Tanluan, setelah
membacanya, Master Daochuo mendadak tercerahkan, beragam perasaan berkecamuk di
hatinya.
Pintu Dharma
Tanah Suci yang disebarluaskan oleh Master Tanluan, bukankah yang selama ini
dia cari-cari?
14.
Seketika itu
juga Master Daochuo di hadapan Pagoda Master Tanluan, berikrar menjadi
muridnya, sejak saat itu beliau melepaskan segala metode lainnya, memfokuskan
diri pada Pintu Dharma Tanah Suci, setiap hari melafal Amituofo sebanyak 70
ribu kali.