Kisah Master Shandao
Bagian 1
1.
Master
Shandao lahir pada tahun 613, di sebuah keluarga bermarga Zhu, penduduk Sizhou,
Provinsi Anhui.
2.
Ketika
Master Shandao masih berusia kecil, Kaisar Sui Yang-di (Kaisar kedua dari
Dinasti Sui) tiga kali gagal menyerang Dinasti Goryeo (Sekarang adalah Korea),
terjadi pergolakan di berbagai wilayah, dalam waktu singkat Dinasti Sui runtuh.
3.
Pada usia 11
tahun, Master Shandao menyaksikan penderitaan dunia, maka itu memutuskan
meninggalkan keduniawian, ditahbiskan oleh Master Mingsheng dari Mizhou,
Provinsi Shandong.
4.
Master
Mingsheng adalah praktisi Aliran Sanlun atau Aliran Tiga Sastra, dia sangat
menyayangi murid ciliknya ini, memberinya nama Dharma sebagai “Shandao”, membimbing
muridnya belajar “Sutra Lotus”, “Vimalakirti Sutra” dan sutra Mazhab Mahayana
lainnya.
5.
Suatu kali
secara kebetulan, Master Shandao melihat sebuah lukisan yang menggambarkan
kewibawaan Buddha Amitabha dan Alam Sukhavati. Saat itu segenap perhatian
Master ditarik oleh lukisan tersebut, seketika itu juga timbul niat terlahir ke
Alam Sukhavati.
6.
Pada usia 20
tahun, Master Shandao mengikuti Upacara Upasampada, menjadi seorang Bhiksu (sebelum
usia 20 tahun adalah Sramanera).
7.
Sejak itu
Master Shandao berkelana, berguru dan berdiskusi, guna mencari tahu tentang
Ajaran Sukhavati.
8.
Suatu kali, Master
Shandao bersama dengan seorang Bhiksu yang bernama Miao-kai, bersama-sama
belajar “Amitayurdhyana Sutra”, mengetahui bahwa melalui cara perenungan
terhadap kewibawaan Buddha Amitabha dan Alam Sukhavati, dapat mewujudkan tekad
hati terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
9.
Karena itu,
Master Shandao pada usia 23 tahun datang ke Vihara Wuzhen yang berada di dekat Chang’an
(sekarang adalah Xi’an), lingkungan vihara yang tenang dan damai sangat sesuai
untuk melatih diri.
10.
Master
Shandao mengikuti metode perenungan yang tertera di dalam “Amitayurdhyana Sutra”,
setelah melatihnya selama bertahun-tahun, berhasil mencapai Samadhi Perenungan
Buddha, mampu di dalam samadhi yang mendalam berjelajah ke Alam Sukhavati,
ibarat melihat benda di depan mata, sangat jelas dan dimengerti.
11.
Meskipun
telah mencapai Samadhi, namun Master Shandao masih belum merasa puas,
meneruskan mencari tahu tentang Ajaran Sukhavati. Pada usia 29 tahun, beliau
mendengar ada seorang Bhiksu yang bernama Master Daochuo, sedang memberi
ceramah “Amitayurdhyana Sutra” di Vihara Xuanzhong di Bingzhou, Provinsi Shanxi,
maka itu dia bergegas menuju ke sana.
12.
Master
Daochuo merupakan seorang Bhiksu senior yang melatih metode Tanah suci,
sepanjang hayat menceramahkan “Amitayurdhyana Sutra” sebanyak 200 kali
pengulangan, menasehati murid-muridnya supaya melafal Amituofo bertekad
terlahir ke Alam Sukhavati.
Karyanya
yang terkenal berjudul “An-le-ji” atau Kumpulan Syair Kedamaian dimana Master
Dao Chuo mengutip kalimat-kalimat dari Sutra untuk menasehati praktisi Buddhis
supaya melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.
Master
Daochuo meneruskan silsilah Dharma dari Nagarjuna, Vasubandhu dan Master
Tanluan.
13.
Master Daochuo
yang telah berusia 80 tahun, ketika bersua dengan Master Shandao, sangat
bersukacita, mewariskan seluruh pengalamannya kepada Master Shandao.
14.
Melalui
penjelasan dari Master Daochuo, Master Shandao jadi tercerahkan, ternyata untuk
terlahir ke Alam Sukhavati tidak harus melalui metode perenungan, tetapi dapat
dilakukan dengan melafal Amituofo.
Bahkan hanya
dengan melafal Amituofo dan mengandalkan kekuatan tekad agung Buddha Amitabha, setiap insan pasti
terlahir ke Alam Sukhavati.
15.
Empat tahun
kemudian, Master Daochuo terlahir ke Alam Sukhavati, Master Shandao pulang ke
Vihara Wuzhen.
Pada tahun yang
sama, Master Xuanzang, pulang ke Chang’an dari mengambil Sutra dari India, Ajaran
Buddha kian hari kian berjaya.