Kamis, 07 Juni 2018

31A. Lansia Buta (Bgn 1)

Lansia Buta Melafal Amituofo 
Terlahir ke Alam Sukhavati
(Bagian 1)


1. Tahun 1925 di Kota Yangli, Kabupaten Miaoli, Taiwan, terdengar suara tangisan bayi perempuan yang baru lahir ke dunia, yang juga ikut membuka sebuah lembaran kisah tentang “Malaikat Maut” yang lagi ngetren, oleh karena begitu bayi mungil ini lahir, papa-nya mendadak jatuh sakit tanpa alasan yang jelas.



 

2. Bayi perempuan ini diberi nama Lai Xiu-mei, menurut kata peramal, bayi ini adalah bintang sial super, waktu kecil mencelakai ayah, sudah menikah mencelakai suami, maka itu saat berusia 3 tahun sudah diberikan kepada orang lain untuk dijadikan menantu cilik (anak perempuan yang diadopsi, setelah dewasa dinikahkan dengan putra keluarga tersebut), usai itu penyakit ayahnya juga mendadak sembuh tanpa alasan yang jelas.



 

3. Suami pertama Xiu-mei merupakan pemalas yang suka berjudi, demi melunasi hutang judi, tega menjual sepasang anak putrinya. Xiu-mei begitu marah dan putus asa, ketika emosinya memuncak, dia memilih bercerai dengan suaminya.



 

4. Xiumei yang kala itu berusia 25 tahun membawa putranya pulang ke rumah Ayahbunda-nya, tetapi karena dianggap sebagai bintang sial, lalu diusir Ayahnya.



 

5. Adik laki-laki Xiumei tidak tega melihat kakak dan keponakannya hidup terlantar, akhirnya membawa keponakannya pulang dan membesarkannya, sementara Xiumei yang kini sebatang kara harus berkelana, kemudian dia pindah ke Kota Keelung, mencari nafkah dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.  



 

6. Baru saja menjalani kehidupan yang stabil, Malaikat Maut mulai melangkah mendekatinya. Ketika menginjak usia 30 tahun, Xiumei berkenalan dengan supir Taxi yang kemudian menjadi suaminya yang kedua, hanya dalam waktu setengah tahun kemudian, suaminya mengalami kecelakaan dan tewas, meninggalkan seorang putri berusia 8 tahun, hasil pernikahan suaminya dengan istri pertama.




7. Xiu-mei mengusap air matanya, berusaha tegar dalam menghadapi cobaan hidup yang menerpanya, semakin sengsara dia semakin gigih, membawa putri tirinya mencari nafkah di pertambangan. Ketika menginjak usia 35 tahun, Xiumei berkenalan dengan seorang pria yang kemudian menjadi suaminya yang ke-3, seorang pekerja tambang, saling mencintai, sekeluarga hidup dengan harmonis.



 

8.  Ketika Xiumei baru saja menikmati kebahagiaan keluarga, lagi-lagi Malaikat Maut mengayunkan celurit di tangannya. Terdengar suara “Peng”, lubang tambang menjadi rata dengan tanah, suaminya tewas dalam musibah tersebut, meninggalkan anak perempuan yang masih berusia 5 tahun, hasil pernikahannya dengan istri pertama.



 

9. Menyeka air mata, mengucapkan selamat tinggal pada masa silam, Xiumei membawa sepasang putri tirinya se-kali lagi menelusuri perjalanan hidup berliku-liku, setiap hari mencuci pakaian dan memasak untuk majikannya, kenyang mencicipi suka duka kehidupan manusia.



 

10. Ketika berusia 43 tahun, Xiumei melalui perantaraan Mak Comblang, menikah untuk ke-4 kalinya, dengan seorang kapten kapal yang sepanjang tahun berlayar di lautan luas.   

Kapten kapal memperlakukan Xiumei dengan baik sekali, sering membawa pulang pakaian dari mancanegara buat Xiumei, bahkan membeli rumah di wilayah perkotaan, supaya Xiumei dapat menikmati hidup tenang selama 17 tahun.    



 

11. Ketika Anda beranggapan Malaikat Maut sudah menjauh, sesungguhnya dia sedang bersembunyi di kegelapan malam yang lebih mendalam, diam-diam menanti hewan buruannya muncul.

Saat berusia 60 tahun, Kapten kapal pensiun dan pulang rumah, berkumpul bersama Xiumei. Hanya dalam waktu setengah tahun kemudian, suaminya mendadak mengidap Hepatitis fulminan atau gagal hati akut, lalu meninggal dunia.



 

12. Kali ini air mata Xiumei benar-benar sudah mengering, karena keseringan menangis, akhirnya sepasang matanya jadi buta, kini baik jiwa maupun raganya mengalami siksaan berat yang menyakitkan, setiap hari menggerutu sendirian, tidak sanggup lagi berlapang hati.

Bersambung ke bagian 2.....