Lansia Buta Melafal Amituofo
Terlahir ke Alam Sukhavati
(Bagian 1)
1.
Tahun 1925 di Kota Yangli, Kabupaten Miaoli, Taiwan, terdengar suara tangisan
bayi perempuan yang baru lahir ke dunia, yang juga ikut membuka sebuah lembaran
kisah tentang “Malaikat Maut” yang lagi ngetren, oleh karena begitu bayi mungil
ini lahir, papa-nya mendadak jatuh sakit tanpa alasan yang jelas.
2. Bayi perempuan ini
diberi nama Lai Xiu-mei, menurut kata peramal, bayi ini adalah bintang sial
super, waktu kecil mencelakai ayah, sudah menikah mencelakai suami, maka itu
saat berusia 3 tahun sudah diberikan kepada orang lain untuk dijadikan menantu
cilik (anak perempuan yang diadopsi, setelah dewasa dinikahkan dengan putra
keluarga tersebut), usai itu penyakit ayahnya juga mendadak sembuh tanpa alasan
yang jelas.
3. Suami pertama Xiu-mei
merupakan pemalas yang suka berjudi, demi melunasi hutang judi, tega menjual
sepasang anak putrinya. Xiu-mei begitu marah dan putus asa, ketika emosinya
memuncak, dia memilih bercerai dengan suaminya.
4. Xiumei yang kala itu
berusia 25 tahun membawa putranya pulang ke rumah Ayahbunda-nya, tetapi karena
dianggap sebagai bintang sial, lalu diusir Ayahnya.
5. Adik laki-laki Xiumei
tidak tega melihat kakak dan keponakannya hidup terlantar, akhirnya membawa
keponakannya pulang dan membesarkannya, sementara Xiumei yang kini sebatang
kara harus berkelana, kemudian dia pindah ke Kota Keelung, mencari nafkah
dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
6. Baru saja menjalani
kehidupan yang stabil, Malaikat Maut mulai melangkah mendekatinya. Ketika
menginjak usia 30 tahun, Xiumei berkenalan dengan supir Taxi yang kemudian
menjadi suaminya yang kedua, hanya dalam waktu setengah tahun kemudian,
suaminya mengalami kecelakaan dan tewas, meninggalkan seorang putri berusia 8
tahun, hasil pernikahan suaminya dengan istri pertama.
7. Xiu-mei mengusap air
matanya, berusaha tegar dalam menghadapi cobaan hidup yang menerpanya, semakin
sengsara dia semakin gigih, membawa putri tirinya mencari nafkah di
pertambangan. Ketika menginjak usia 35 tahun, Xiumei berkenalan dengan seorang
pria yang kemudian menjadi suaminya yang ke-3, seorang pekerja tambang, saling
mencintai, sekeluarga hidup dengan harmonis.
8. Ketika Xiumei baru saja menikmati kebahagiaan
keluarga, lagi-lagi Malaikat Maut mengayunkan celurit di tangannya. Terdengar
suara “Peng”, lubang tambang menjadi rata dengan tanah, suaminya tewas dalam
musibah tersebut, meninggalkan anak perempuan yang masih berusia 5 tahun, hasil
pernikahannya dengan istri pertama.
9.
Menyeka air mata, mengucapkan selamat tinggal pada masa silam, Xiumei membawa
sepasang putri tirinya se-kali lagi menelusuri perjalanan hidup berliku-liku,
setiap hari mencuci pakaian dan memasak untuk majikannya, kenyang mencicipi
suka duka kehidupan manusia.
10.
Ketika berusia 43 tahun, Xiumei melalui perantaraan Mak Comblang, menikah untuk
ke-4 kalinya, dengan seorang kapten kapal yang sepanjang tahun berlayar di
lautan luas.
Kapten
kapal memperlakukan Xiumei dengan baik sekali, sering membawa pulang pakaian
dari mancanegara buat Xiumei, bahkan membeli rumah di wilayah perkotaan, supaya
Xiumei dapat menikmati hidup tenang selama 17 tahun.
11.
Ketika Anda beranggapan Malaikat Maut sudah menjauh, sesungguhnya dia sedang
bersembunyi di kegelapan malam yang lebih mendalam, diam-diam menanti hewan
buruannya muncul.
Saat
berusia 60 tahun, Kapten kapal pensiun dan pulang rumah, berkumpul bersama
Xiumei. Hanya dalam waktu setengah tahun kemudian, suaminya mendadak mengidap Hepatitis fulminan atau
gagal hati akut, lalu meninggal dunia.
12.
Kali ini air mata Xiumei benar-benar sudah mengering, karena
keseringan menangis, akhirnya sepasang matanya jadi buta, kini baik jiwa maupun
raganya mengalami siksaan berat yang menyakitkan, setiap hari menggerutu
sendirian, tidak sanggup lagi berlapang hati.
Bersambung ke bagian 2.....
Bersambung ke bagian 2.....