Kisah Pandai Besi Huang
1. Pada masa Dinasti Song, di Tanzhou, Provinsi Hunan, terdapat sebuah
keluarga yang bermata pencaharian sebagai pandai besi.
2. Masyarakat memanggilnya sebagai “Pandai Besi
Huang”. Dia selalu sibuk bekerja dan tidak punya waktu senggang.
3. Pandai Besi Huang menekuni bidang pekerjaan yang
menyiksakan ini demi mencari sesuap nasi buat keluarganya yang kurang mampu.
4. Suatu hari, ada seorang Bhiksu pengelana lewat di
depan rumahnya, Pandai Besi Huang memberi persembahan makanan dan minuman
kepada Shifu (guru) tersebut.
5. Setelah Shifu selesai menyantap hidangan, lalu
memberi wejangan kepada Pandai Besi Huang : “Terima kasih atas kebajikan dana
makanan dari anda, saya tak berdaya membalasnya, hanya menasehatimu satu
kalimat, melihat kehidupanmu yang begitu merana, pada masa kehidupan sekarang,
baik-baiklah melatih diri!”
6. “Tetapi Shifu, saya seharian sibuk bekerja, mana
ada waktu buat melatih diri?”
7. “Ada sebuah Pintu Dharma Pelafalan Amituofo,
praktis dan mudah diamalkan. Ketika anda memukul besi satu kali, lafallah
Amituofo satu kali, demikianlah seterusnya, melatihnya untuk jangka panjang, memfokuskan
diri melafal Amituofo berkesinambungan, saat menjelang ajal pasti terlahir ke
Alam Sukhavati di penjuru barat.”
8. Setelah mendengarnya, Pandai Besi Huang amat
bersukacita, sekejab kemudian dia kembali sibuk memukul (menempa) besi.
9. Dia menuruti perkataan Shifu, sambil memukul besi
sambil melafal Amituofo; seharian memukul besi, seharian pula melafal Amituofo.
10. Istrinya melihat dirinya tampak begitu kesusahan,
makanya bertanya : “Haiya, menempa besi sudah cukup menderita, sekarang masih
harus melafal Amituofo pula, bukankah lebih menyengsarakan lagi?”
11. Pandai Besi Huang tersenyum dan berkata : “Sekarang
saya menempa besi sambil melafal Amituofo, bukan hanya tidak merasa kepanasan
lagi, bahkan sebaliknya merasakan relaks dan bebas!”
12. Setelah melewati waktu bertahun-tahun kemudian,
suatu hari Pandai Besi Huang berkata pada istrinya : “Hari ini saya akan pulang
ke kampung halamanku di penjuru barat.”
13. “Ah?” Dalam sekejab istrinya jadi keheranan,
juga merasa kocak, makanya tidak menghiraukan perkataan suaminya.
14. Tidak berapa lama kemudian, Pandai Besi Huang
kembali memukul besi sebanyak beberapa kali, sambil berkata : “Ding Ding Dang
Dang, setelah
melafal sekian lama akhirnya berhasil; kehidupan yang tenang akan menyongsong; saya
terlahir di Alam Sukhavati di penjuru barat”.
15.
Saat itu warga sekitar mendengar di angkasa ada suara irama mengalun yang
indah, bahkan juga mencium semerbak keharuman istimewa.
16.
Senyuman menghiasi wajah Pandai Besi Huang, tangannya masih menggenggam palu!
Demikianlah dia berdiri di sana sambil melafal Amituofo dan terlahir ke Alam
Sukhavati.
17.
Pandai Besi Huang memfokuskan diri pada metode Pelafalan Amituofo, tidak
melatih metode kedua, juga tidak bercampur dengan metode lainnya lagi, akhirnya
tekadnya tercapai, terlahir ke Alam Sukhavati di penjuru barat. Dia sungguh
merupakan sosok teladan bagi praktisi masa kini.
Judul asli :