Sabtu, 09 Juni 2018

37. Berjalan Menembusi Dinding



Berjalan Menembusi Dinding



 

1. Upasaka Dong Zi-ming hidup pada periode pemerintahan Tiongkok Nasionalis (1912-1949), penduduk Kabupaten Penglai, Provinsi Shandong, terpelajar dan berpengetahuan luas, pernah menjabat sebagai penasehat Jenderal Wu Pei-fu.



 

2. Ketika berusia lanjut, dia menjauhi segala hal duniawi, menfokuskan pikiran melafal Amituofo. Pernah menjadi tenaga pengajar di sekolah Buddhis “Vihara Zhan Shan” di Qingdao, Shandong. Setiap hari dia menargetkan melafal Amituofo di kamarnya sebanyak 40 ribu kali. Oleh karena takut orang lain datang mengganggu, makanya dia sering mengunci pintu kamar dari luar, pura-pura sedang keluar.



 

3. Suatu hari ketika dia sedang melafal Amituofo, tiba-tiba dia ingin keluar berkeliling sebentar, kemudian dia tiba di aula di luar kamarnya.



 

4. Tidak lama kemudian dia kembali ke kamarnya, barulah menyadari ternyata pintu kamar masih terkunci, hatinya langsung kaget tak karuan : Lantas bagaimana cara dia keluar tadi?



 

5.  Kejadian ini dalam waktu sekejab mengagetkan seluruh penghuni vihara. Dia bertanya kepada ketua vihara yakni Master Tanxu, Master menarik kesimpulan bahwa ini dikarenakan Upasaka Dong melafal Amituofo dengan begitu terfokus, kekuatan Buddha memberkati, dalam waktu singkat khayalan tidak muncul, di dalam hatinya tiada kemelekatan, tembok di luar bukan lagi penghalang baginya, makanya dia bisa bebas berjalan keluar masuk, menampilkan kemampuan gaib yang jarang dimiliki orang. Ketika dia telah menyadarinya, di hatinya segera muncul perbedaan dan kemelekatan, saat ini pintu dan tembok kembali menjadi penghalang baginya.



 

6. Sutra menyebutkan bahwa “Segala sesuatu tercipta dari hati dan pikiran”. Tak peduli itu adalah makhluk hidup maupun benda mati, juga muncul dari kemelekatan hati para makhluk. Andaikata dapat menghapus khayalan dan kemelekatan, maka tidak ada yang perlu diherankan.



 

7. Dong Zi-ming yang mempertimbangkan dirinya tinggal di luar daerah sebagai tamu, makanya berikrar : Yang pertama, jangan menderita sakit; Yang kedua, kalau jatuh sakit langsung terlahir ke Alam Sukhavati. Alhasil setelah melafal Amituofo selama bertahun-tahun, dia tidak pernah menderita penyakit apapun.



 

8. Tiga hari sebelum ajal tiba, dia hanya merasa sekujur tubuhnya letih, sepasang kaki dan tangannya tidak bertenaga, tetapi selera makannya seperti biasa, tiada menderita sama sekali, pikirannya juga masih begitu jernih, memohon para anggota Sangha untuk bergantian membantunya melafal Amituofo.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, dia bangkit dari tempat tidurnya, dengan wajah penuh sukacita berkata pada semua orang :  “Sekarang saya baru tahu bahwa ketrampilan yang dilatih selama ini sama sekali tidak sia-sia”. Setelah selesai berucap, dia melanjutkan melafal Amituofo dan meninggal dunia dalam posisi duduk bersila.




 

9. Orang awam selama masih berada di dunia ini, yang belum terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, melatih kemampuan gaib, kemampuan gaib yang diperoleh, semua ini sungguh dangkal adanya, bahkan sangat terbatas.

Lain halnya setelah terlahir ke Alam Sukhavati, beragam jenis kemampuan gaib dengan sendirinya diperoleh tanpa perlu bersusah payah melatihnya, bahkan mencapai tingkatan yang paling sempurna, oleh karena Alam Sukhavati merupakan alam yang sempurna akan segala kebajikan.

Disadur dari :