Berjalan Menembusi Dinding
1. Upasaka
Dong Zi-ming hidup pada periode pemerintahan Tiongkok Nasionalis (1912-1949), penduduk
Kabupaten Penglai, Provinsi Shandong, terpelajar dan berpengetahuan luas,
pernah menjabat sebagai penasehat Jenderal Wu Pei-fu.
2.
Ketika berusia lanjut, dia menjauhi segala hal duniawi, menfokuskan pikiran
melafal Amituofo. Pernah menjadi tenaga pengajar di sekolah Buddhis “Vihara
Zhan Shan” di Qingdao, Shandong. Setiap hari dia menargetkan melafal Amituofo
di kamarnya sebanyak 40 ribu kali. Oleh karena takut orang lain datang
mengganggu, makanya dia sering mengunci pintu kamar dari luar, pura-pura sedang
keluar.
3. Suatu
hari ketika dia sedang melafal Amituofo, tiba-tiba dia ingin keluar berkeliling
sebentar, kemudian dia tiba di aula di luar kamarnya.
4. Tidak
lama kemudian dia kembali ke kamarnya, barulah menyadari ternyata pintu kamar
masih terkunci, hatinya langsung kaget tak karuan : Lantas bagaimana cara dia
keluar tadi?
5. Kejadian ini dalam waktu sekejab mengagetkan
seluruh penghuni vihara. Dia bertanya kepada ketua vihara yakni Master Tanxu,
Master menarik kesimpulan bahwa ini dikarenakan Upasaka Dong melafal Amituofo
dengan begitu terfokus, kekuatan Buddha memberkati, dalam waktu singkat
khayalan tidak muncul, di dalam hatinya tiada kemelekatan, tembok di luar bukan
lagi penghalang baginya, makanya dia bisa bebas berjalan keluar masuk,
menampilkan kemampuan gaib yang jarang dimiliki orang. Ketika dia telah
menyadarinya, di hatinya segera muncul perbedaan dan kemelekatan, saat ini
pintu dan tembok kembali menjadi penghalang baginya.
6. Sutra
menyebutkan bahwa “Segala sesuatu tercipta dari hati dan pikiran”. Tak peduli
itu adalah makhluk hidup maupun benda mati, juga muncul dari kemelekatan hati
para makhluk. Andaikata dapat menghapus khayalan dan kemelekatan, maka tidak
ada yang perlu diherankan.
7. Dong
Zi-ming yang mempertimbangkan dirinya tinggal di luar daerah sebagai tamu,
makanya berikrar : Yang pertama, jangan menderita sakit; Yang kedua, kalau
jatuh sakit langsung terlahir ke Alam Sukhavati. Alhasil setelah melafal
Amituofo selama bertahun-tahun, dia tidak pernah menderita penyakit apapun.
8. Tiga
hari sebelum ajal tiba, dia hanya merasa sekujur tubuhnya letih, sepasang kaki
dan tangannya tidak bertenaga, tetapi selera makannya seperti biasa, tiada
menderita sama sekali, pikirannya juga masih begitu jernih, memohon para
anggota Sangha untuk bergantian membantunya melafal Amituofo.
Sebelum
menghembuskan nafas terakhir, dia bangkit dari tempat tidurnya, dengan wajah
penuh sukacita berkata pada semua orang : “Sekarang saya baru tahu bahwa ketrampilan
yang dilatih selama ini sama sekali tidak sia-sia”. Setelah selesai berucap,
dia melanjutkan melafal Amituofo dan meninggal dunia dalam posisi duduk
bersila.
9. Orang
awam selama masih berada di dunia ini, yang belum terlahir ke Tanah Suci Sukhavati,
melatih kemampuan gaib, kemampuan gaib yang diperoleh, semua ini sungguh
dangkal adanya, bahkan sangat terbatas.
Lain
halnya setelah terlahir ke Alam Sukhavati, beragam jenis kemampuan gaib dengan
sendirinya diperoleh tanpa perlu bersusah payah melatihnya, bahkan mencapai
tingkatan yang paling sempurna, oleh karena Alam Sukhavati merupakan alam yang
sempurna akan segala kebajikan.
Disadur
dari :