Rabu, 06 Juni 2018

29A. Kisah Wanita Penyembelih (Bgn 1)

Kisah Wanita Penyembelih
(Bagian 1)



 

1. Di Dusun Lianzhou yang tidak jauh dari Vihara Hongyuan, terdapat seorang wanita yang bernama Zhang Lian-di, perawakannya tinggi besar dan kuat, karakternya kasar, galak, tidak menuruti aturan, suka mencuri, seluruh warga dusun sangat takut padanya.



 

2. Dia mencari nafkah dengan menjagal babi, babi yang seberat 200 kati dapat diangkatnya sendirian, semua orang menjulukinya “Penjagal babi profesional“.



 

3. Ada orang berhati baik yang menasehatinya supaya jangan menyembelih babi lagi, harus yakin pada Hukum Karma yang dibabarkan Buddha Sakyamuni, Zhang Lian-di akan berpura-pura tidak mendengarnya, bahkan membalas dengan sindiran pedas.   



 

4. Suatu hari terjadi perubahan mendadak, matahari terbit dari sebelah barat, Zhang Lian-di menginjakkan kakinya ke Vihara Hongyuan, memohon pada Venerable Jingzong untuk memberi Visudhi Trisarana kepada dirinya.



 

5. Ternyata belakangan ini dia mengidap penyakit aneh, sekujur tubuhnya membengkak, tidak bersemangat dan letih, kejayaan masa lalu sudah memudar.



 

6. Pihak rumah sakit menyatakan menyerah, tidak sanggup mengobati penyakitnya, berdoa minta kesembuhan di kelenteng juga tidak tampak khasiatnya, akhirnya hanya bisa menaklukkan gengsi, datang ke Vihara Hongyuan.



 

7. Venerable Jingzong memberinya Visudhi Trisarana, memberitahunya bahwa ini adalah penyakit rintangan karma, hanya bisa mengandalkan Buddha Dharma untuk memperoleh kesembuhan, lalu menceramahkan padanya tentang manfaat dari melafal Amituofo, lalu memberinya pula sebuah plakat kecil yang bertuliskan “Namo Amituofo”,  berpesan padanya supaya mengalungkannya di leher, juga memberinya seuntai tasbih, berpesan padanya supaya rajin melafal Amituofo.  



 

8. Setelah satu kurun waktu berlalu, sekitar Hari Cheng Beng, Zhang Lian-di melihat setan gentayangan di siang bolong, yang datang menagih hutang nyawa padanya!



 

9. Hari ini dia sedang duduk-duduk di rumahnya, melihat ada tiga setan yang masuk ke dalam rumahnya, satu setan tua dan dua setan kecil, mengenakan pakaian hitam.



 

10. Setelah memasuki rumah Zhang Lian-di, ketiga setan itu segera berbagi tugas, satu setan kecil mengeluarkan rantai besi, satu setan kecil lainnya segera menuang sup ke dalam mangkok, mereka hendak memborgol Zhang Lian-di lalu memaksanya minum sup tersebut.



 

11. Biasanya setan-setan itu selalu lancar dalam menjalankan tugasnya, tetapi entah kenapa kali ini terhadap buronannya si Zhang Lian-di, mau dirantai tangannya saja tidak bisa, setiap kali hendak diborgol, kalung plakat “Namo Amituofo” yang dikenakan Zhang Lian-di segera memancarkan sinar terang, sehingga rantai besi jadi terlepas.



 

12. Setan tua yang berada di samping melihat rantai tidak bisa memborgol tangan Zhang Lian-di, maka itu menyuruh setan kecil ganti memborgol kakinya, oleh karena kakinya tidak mengenakan kalung plakat.



 

13. Zhang Lian-di melihat setan kecil hendak merantai kakinya, cepat-cepat menggunakan tasbih di tangannya untuk menahan rantai tersebut, saat itu tasbih juga memancarkan cahaya cemerlang, sehingga rantainya terlepas lagi.



 

14. Setan pembawa rantai tidak berputus asa dalam menjalankan tugasnya, setiap kali dia berupaya memborgol kaki Zhang Lian-di, setiap kali pula wanita penyembelih babi ini menggunakan tasbih untuk menahan rantai tersebut.

Saat ini penyakit Zhang Lian-di kian parah, sambil memuntahkan darah keluar, sambil melawan setan kecil, kadang kala dia terlambat menggunakan tasbih menahan rantai besi, sehingga rantai besi sempat memukuli kakinya dan meninggalkan bekas garis hitam. 



 

15. Untunglah pada akhirnya, ketiga setan itu merasa tak berdaya menghadapinya, lalu beranjak pergi.



 

16. Sejak itu Zhang Lian-di mulai memperbanyak jumlah lafalan Amituofo, namun dia tetap berharap penyakitnya bisa sembuh, tak pernah terpikir olehnya untuk terlahir ke Alam Sukhavati.



 

17. Setelah satu kurun waktu berlalu, Zhang Lian-di melihat setan lagi, bahkan kali ini jumlahnya lebih banyak lagi.



 

18. Hari ini Zhang Lian-di terbaring tak berdaya, dia merasa ajalnya sudah kian dekat, lalu mengundang Bhiksu datang membantunya melafal Amituofo.



 

19. Sesampainya di rumah Zhang Lian-di, para Bhiksu membagi jadi 2 grup yang saling bergantian melafal Amituofo. Setelah melafal Amituofo beberapa saat kemudian, Zhang Lian-di merasa kondisinya membaik.



 

20. Ketika giliran grup ke-2 melafal Amituofo, baru saja hendak memulai, mendadak Zhang Lian-di merasa tidak nyaman. Dia berlutut di atas kasurnya, tangan yang satu mencengkam dahinya, satu tangannya lagi menggaruk-garuk puncak kepalanya, suaranya melafal Amituofo kian cepat, sampai-sampai para Bhiksu juga ikut mempercepat lafalan Amituofo. 

Bersambung ke bagian 2...........