Pengemis Gerbang Timur yang Elegan
1. Pada masa Dinasti Qing di Kota Songjiang (wilayah
Shanghai) terdapat seorang pengemis, tinggal di sebuah gubuk reyot di bawah
jembatan besar. Tidak ada orang yang tahu siapa namanya.
2. Pengemis ini setiap hari menuju ke jalanan pusat
kota di Gerbang Timur, menghadapi kerumunan yang ramai, membacakan “Sutra Hati”
untuk para pejalan kaki yang lalu-lalang, kemudian mengemis 1 koin pada
pendengarnya.
3. Ketika orang memberinya sedekah 1 koin, pengemis ini akan mengucapkan “Amituofo... Amituofo...” tanpa henti sebagai ungkapan terima kasih. Namun ada pula yang bukan saja tidak memberinya sedekah, malah memaki-maki dirinya, pengemis menerimanya dengan senyuman, ekspresi wajahnya juga tidak berubah, tidak mengeluh sama sekali.
4. Pengemis itu asalkan sudah memperoleh uang yang
cukup untuk membeli roti kukus dan sedikit sayur buat sehari, maka dia segera
beranjak pulang, sesampainya di rumah, dia segera menutup pintu dan melafal
Amituofo berkesinambungan.
5. Waktu itu ada seorang pejabat bernama Cai
Xi-zhai, mendengar bahwa di dalam kota ada pengemis yang begitu istimewa, maka
itu sengaja datang untuk menjumpainya. Dia melihat gubuk reyot yang dihuni si
pengemis sudah sedemikian parah rusaknya, sehingga ingin mendanakan sejumlah
uang untuk merenovasi gubuk itu supaya lebih layak dihuni, namun si pengemis
bersikeras menolaknya.
6. Cai
Xi-zhai mengira si pengemis mencurigai uangnya tidak halal, sehingga
menjelaskan bahwa dirinya adalah pejabat yang jujur, tidak pernah korupsi. Pengemis
berkata : “Saya tahu Tuan adalah pejabat yang jujur, tetapi saya selalu merasa
puas dan bersyukur dengan apa adanya, andaikata siang malam mengkhawatirkan
sandang dan pangan, mempermasalahkan tempat hunian, serakah akan benda di luar
diri yang tidak kekal dan semu, maka takutnya saya jadi selamanya takkan
memperoleh kesucian dan kebebasan lagi! Bagaimana kalau uang yang akan Anda
gunakan untuk merenovasi gubukku, lebih baik saya mewakili Anda mempersembahkan-nya
kepada anggota Sangha, memberi persembahan kepada Triratna, pahalanya tak
terhingga!”
7. Cai
Xi-zhai setelah mendengar ucapan si pengemis, dengan penuh hormat menyetujui
sarannya. Kemudian pengemis segera membawa uang ke “Vihara Dong Chan” dan
mendanakannya. Usai itu pulang kembali ke gubuk reyotnya, melafal Amituofo
seperti biasanya.
8. Beberapa tahun kemudian, sekitar periode
pemerintahan Kaisar Jiaqing (Kaisar ke-7
Dinasti Qing, bertahta 1796-1820), suatu hari, pengemis tidak menderita
penyakit apapun, ketika sedang duduk melafal Amituofo, dengan bebas tanpa
rintangan terlahir ke Alam Sukhavati, kejadian ini sempat membuat gempar
seluruh pelosok Kota Songjiang
selama satu kurun waktu.
9. Sebagian besar orang sepanjang hayatnya, siang
malam dipenuhi kesibukan, mengejar nafsu keinginan akan benda-benda duniawi,
tidak tahu merasa puas dan bersyukur, demi gaya hidup konsumtif sehingga harus
capek-capek, dibelenggu oleh ikatan cinta, sampai pada detik terakhir barulah
menyadari bahwa hidup sudah terlewati sia-sia, meninggalkan beban hutang karma
yang harus dilunasi pada masa kehidupan berikutnya.
Lain halnya dengan Pengemis Gerbang Timur ini, hati
dan pikirannya begitu luwes, tiada kekhawatiran sama sekali, sebagian orang
menganggap dirinya begitu kasihan, namun siapa yang dapat membayangkan
kebahagiaan di dalam hatinya yang suci tanpa noda, mana ada terpikir bahwa
terlahir ke Alam Sukhavati memperoleh kesempurnaan dalam segala hal?
Naskah
Mandarin :
http://xiyuee.blogspot.com/