Senin, 04 Juni 2018

24. Pengemis Gerbang Timur yang Elegan

Pengemis Gerbang Timur yang Elegan



 

1. Pada masa Dinasti Qing di Kota Songjiang (wilayah Shanghai) terdapat seorang pengemis, tinggal di sebuah gubuk reyot di bawah jembatan besar. Tidak ada orang yang tahu siapa namanya.




 

2. Pengemis ini setiap hari menuju ke jalanan pusat kota di Gerbang Timur, menghadapi kerumunan yang ramai, membacakan “Sutra Hati” untuk para pejalan kaki yang lalu-lalang, kemudian mengemis 1 koin pada pendengarnya.  






3. Ketika orang memberinya sedekah 1 koin, pengemis ini akan mengucapkan “Amituofo... Amituofo...” tanpa henti sebagai ungkapan terima kasih. Namun ada pula yang bukan saja tidak memberinya sedekah, malah memaki-maki dirinya, pengemis menerimanya dengan senyuman, ekspresi wajahnya juga tidak berubah, tidak mengeluh sama sekali.





 

4. Pengemis itu asalkan sudah memperoleh uang yang cukup untuk membeli roti kukus dan sedikit sayur buat sehari, maka dia segera beranjak pulang, sesampainya di rumah, dia segera menutup pintu dan melafal Amituofo berkesinambungan.




 

5. Waktu itu ada seorang pejabat bernama Cai Xi-zhai, mendengar bahwa di dalam kota ada pengemis yang begitu istimewa, maka itu sengaja datang untuk menjumpainya. Dia melihat gubuk reyot yang dihuni si pengemis sudah sedemikian parah rusaknya, sehingga ingin mendanakan sejumlah uang untuk merenovasi gubuk itu supaya lebih layak dihuni, namun si pengemis bersikeras menolaknya.




 

6.  Cai Xi-zhai mengira si pengemis mencurigai uangnya tidak halal, sehingga menjelaskan bahwa dirinya adalah pejabat yang jujur, tidak pernah korupsi. Pengemis berkata : “Saya tahu Tuan adalah pejabat yang jujur, tetapi saya selalu merasa puas dan bersyukur dengan apa adanya, andaikata siang malam mengkhawatirkan sandang dan pangan, mempermasalahkan tempat hunian, serakah akan benda di luar diri yang tidak kekal dan semu, maka takutnya saya jadi selamanya takkan memperoleh kesucian dan kebebasan lagi! Bagaimana kalau uang yang akan Anda gunakan untuk merenovasi gubukku, lebih baik saya mewakili Anda mempersembahkan-nya kepada anggota Sangha, memberi persembahan kepada Triratna, pahalanya tak terhingga!” 




 

7.  Cai Xi-zhai setelah mendengar ucapan si pengemis, dengan penuh hormat menyetujui sarannya. Kemudian pengemis segera membawa uang ke “Vihara Dong Chan” dan mendanakannya. Usai itu pulang kembali ke gubuk reyotnya, melafal Amituofo seperti biasanya.




 

8. Beberapa tahun kemudian, sekitar periode pemerintahan Kaisar Jiaqing  (Kaisar ke-7 Dinasti Qing, bertahta 1796-1820), suatu hari, pengemis tidak menderita penyakit apapun, ketika sedang duduk melafal Amituofo, dengan bebas tanpa rintangan terlahir ke Alam Sukhavati, kejadian ini sempat membuat gempar seluruh pelosok Kota Songjiang selama satu kurun waktu.   




 

9. Sebagian besar orang sepanjang hayatnya, siang malam dipenuhi kesibukan, mengejar nafsu keinginan akan benda-benda duniawi, tidak tahu merasa puas dan bersyukur, demi gaya hidup konsumtif sehingga harus capek-capek, dibelenggu oleh ikatan cinta, sampai pada detik terakhir barulah menyadari bahwa hidup sudah terlewati sia-sia, meninggalkan beban hutang karma yang harus dilunasi pada masa kehidupan berikutnya.

Lain halnya dengan Pengemis Gerbang Timur ini, hati dan pikirannya begitu luwes, tiada kekhawatiran sama sekali, sebagian orang menganggap dirinya begitu kasihan, namun siapa yang dapat membayangkan kebahagiaan di dalam hatinya yang suci tanpa noda, mana ada terpikir bahwa terlahir ke Alam Sukhavati memperoleh kesempurnaan dalam segala hal?     

Naskah Mandarin :
http://xiyuee.blogspot.com/