Kamis, 07 Juni 2018

32. Kejahatan takkan mampu menghalangi penyelamatan Buddha Amitabha



Kejahatan takkan mampu menghalangi penyelamatan Buddha Amitabha



 

1. Di Kabupaten Zitong, Provinsi Sichuan, terdapat sepasang suami istri yang tinggal di dusun petani, usia mereka berkisar 40 tahun lebih; mereka hanya tinggal berdua oleh karena sampai sekarang masih belum dikaruniai buah hati.



 

2. Suatu hari si istri begitu gembira memberitahu suaminya : “Hari ini saya mendengar sebuah kabar sukacita, yakni yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni di dalam sutra, asalkan kita setiap hari melafal “Namo Amituofo”, kelak dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Di sana takkan ada bencana sama sekali, tiada penderitaan dan kesusahan, yang ada cuma kebahagiaan suci yang tak terhingga. Maka itu saya sudah membulatkan tekad, mulai hari ini saya akan bervegetarian melafal Amituofo”.



 

3. Suaminya tidak belajar Ajaran Buddha, waktu mendengar istrinya bilang “kabar sukacita”, dikirain mendapat batu permata sehingga senang sekali, alhasil baru mendengar kata “melafal Amituofo”,  langsung jadi tak bersemangat, lalu berkata : “Kamu ini istriku, saya mau makan daging, makanya kamu harus tetap memasak daging buatku”.

Istri :  “Tenang saja, saya bervegetarian takkan mempengaruhi dirimu”. 



 

4. Tetapi suaminya tetap saja tidak ikhlas, makanya setiap tiba waktu makan, dia sengaja menuang minyak babi ke hidangan vegetarian istrinya, supaya istrinya tidak dapat bervegetarian bersih. Dan setiap kali habis makan, dia sengaja menyeka mulutnya sambil berkata : “Yang makan daging tidak berdosa, yang memasak daginglah yang berdosa”.  



 

5. Demikianlah dua kali, tiga kali dan seterusnya, hingga akhirnya istrinya membatalkan niatnya bervegetarian. Walaupun tidak dapat bervegetarian, masih untung dapat melafal Namo Amituofo.



 

6. Si suami melihat istrinya masih dapat melafal Amituofo, tetap saja tidak gembira, dalam hatinya berpikir : “Buddha cuma menyelamatkan insan baik dan mengabaikan orang jahat, makanya aku akan sengaja membuatmu menciptakan karma buruk, biar kamu tidak bisa melafal Amituofo lagi!”



 

7. Akhirnya si suami sengaja beralih profesi, sekarang menjual daging B2, bahkan menyembelih sendiri; setiap hari memaksa istrinya membantunya menyembelih babi; bahkan bilang “Yang menyembelih tidak ada dosanya, yang bantu itu justru yang paling berdosa”. Mendengar ucapan ini, si istri hanya dapat menangis dalam hati.



 

8. Sejak itu di rumah mereka tidak lagi terdengar suara istrinya melafal Amituofo, digantikan dengan suara jeritan babi yang menyayat hati. Suaminya sangat puas setelah berhasil menggagalkan upaya istrinya melatih diri.



 

9.  Setelah tiga tahun berlalu, suatu hari, suaminya keheranan melihat istrinya bergembira membereskan rumah, kayak mau menjelang Imlek. Lalu dia bertanya : “Ada ada ini? Memangnya kamu hendak bepergian ya?”



 

10. Istri : “Saya akan pulang”

“Pulang? Ayahbundamu sudah tiada, mau pulang ke mana? Di sini barulah rumahmu, mengerti?”



 

11. Istri : “Saya akan pulang ke tempat kediaman Buddha Amitabha, yakni Alam Sukhavati. Kini saya akan berterus terang padamu. Mulanya saya ingin menjadi seorang praktisi yang bervegetarian melafal Amituofo, tetapi kamu tidak memperbolehkan saya bervegetarian, lalu memaksaku menyembelih babi, sehingga saya tidak dapat melafal Amituofo. Saya tahu kamu sengaja merusak niatku melafal Amituofo, bila saya meneruskan upayaku, entah kejahatan apa lagi yang akan kamu lakukan, makanya ketika berada bersamamu, saya takkan melafal keluar suara”.



 

12. “Sejak menyembelih babi hingga sekarang ini, saya tetap melafal Amituofo di dalam hati, saya menyesali rintangan karma buruk-ku yang berat, mencelakai babi-babi ini, maka itu setiap kali membantumu menyembelih babi, di dalam hati melafal Amituofo dan memanjatkan doa, semoga Buddha Amitabha ber-Maitri Karuna menjemput babi-babi ini terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, menjauhi penderitaan memperoleh kebahagiaan. Saya melafal Amituofo dalam hati hingga babi-babi itu menghembuskan nafas terakhir.

Tak terduga akhirnya, arwah babi-babi yang kita bunuh selama beberapa tahun ini, telah dijemput Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati. Sebagai ungkapan terima kasih karena saya telah membantu mereka melafal Amituofo, 3 hari lagi mereka akan mengikuti Buddha Amitabha datang menjemputku terlahir ke Alam Sukhavati”.

13. Setelah mendengar ucapan istrinya, si suami mengira istrinya sudah gila : “Ini dongeng seribu satu malam dari mana? Makan daging dan menyembelih babi, masih bisa terlahir ke Alam Sukhavati?!”, lalu tertawa terbahak-bahak. Kemudian keluar menceritakan kisah jenaka ini kepada tetangga-tetangganya.



 

14. Tiga hari kemudian, oleh karena penasaran, para tetangga berdatangan untuk melihat apa benar “Buddha Amitabha datang menjemput”.



 

15. Akhirnya ternyata benar, si istri duduk di atas sebuah bangku di tengah pintu rumah, kedua tangannya beranjali, memejamkan mata melafal Amituofo, tidak sampai sepuluh lafalan, wajahnya segar bercahaya, meninggal dunia dalam posisi duduk. Hadirin yang melihatnya jadi terkesima! Katanya Buddha Amitabha 3 hari lagi akan datang, ternyata benar adanya!



 

16. Terutama si suami yang melihat bukti hidup di depan matanya, Maitri Karuna Buddha Amitabha ibarat seberkas cahaya yang menembusi sanubari hatinya, menyesali perbuatannya yang berusaha menggagalkan pelatihan diri istrinya, jadi terpikir : “Saya tidak boleh begini terus, kalau begini terus kelak pasti jatuh ke Neraka; Buddha Amitabha tidak mengabaikan istriku yang tidak bervegetarian dan menyembelih babi, kalau begitu Buddha pasti juga bersedia menerima diriku”. Sejak itu si suami menjadi praktisi Pelafal Amituofo.



 

17. Buddha Amitabha memahami bahwa kita berada di dalam dunia yang dipenuhi lima kekeruhan, sering bertemu dan dipersulit oleh kondisi jahat, jodoh jahat, orang jahat dan perbuatan jahat. Maka itu Buddha Amitabha sengaja memilih buat kita semuanya, sebuah metode yang dapat diamalkan oleh siapa saja, dalam kondisi apa saja.

Seperti yang dikatakan Master Yin Guang bahwa “Tak peduli ketrampilan melatih diri yang dimiliki, apakah mendalam atau dangkal, karma buruk yang dilakukannya, berat atau ringan, semuanya juga memperoleh penyelamatan dari kekuatan welas asih Buddha, terlahir ke Alam Sukhavati”, kejahatan tidak mampu menghalangi penyelamatan Buddha Amitabha, jasa kebajikan dari melafal Amituofo melampaui segala-galanya.

Disadur dari :