Kisah Mukjizat
Melafal Amituofo
Melafal Amituofo
meninggal dengan damai
Suatu hari Nyonya Huang
mengisahkan tentang tetangganya ada tiga kakak beradik yang membuka usaha
salon, semua orang menyapa ibunda dari tiga kakak beradik ini sebagai nyonya
bos, maka itu tidak tahu namanya. Oleh karena ibunda tiga kakak beradik
menganut kepercayaan aliran luar, maka Nyonya Huang berusaha untuk menuntunnya
meyakini Buddha, menceritakan berbagai kisah mukjizat padanya, bahkan
mengundangnya ke rumah untuk melakukan namaskara pada rupang Buddha nan
berwibawa, ibunda tiga kakak beradik ini melihat di dinding rumah Nyonya Huang
tergantung dua untai tasbih, lalu berkata : “Anda mempunyai dua untai tasbih,
bolehkah menghadiahkan satu untai buatku?”
Nyonya
Huang menjawab : “Tidak boleh! Tidak boleh! Saya mencarikan yang baru saja buat
anda”. Nyonya Huang tertawa sambil mengaku pada penulis : “Waktu itu saya
memang ada sedikit rasa pelit”.
Beberapa
hari kemudian, pukul lima lewat di pagi hari, putra kedua Nyonya Huang, begitu
membuka pintu rumah langsung berkata : “Ma! Mengapa tasbih anda ada di depan
pintu?” Nyonya Huang yang baru bangun langsung berlarian ke depan pintu dan
melihat, memang benar seuntai tasbih tergeletak di depan pintu, dia segera
mengambil dengan kedua tangannya, mengamatinya dengan seksama, tasbih berjumlah
108 butir itu bukanlah miliknya, lalu punya siapa?
Nyonya
Huang merenungkan, hari ini adalah Imlek hari kedua, tidak tahu praktisi mana
yang telah kehilangan tasbih, tentunya sekarang praktisi itu sedang panik
mencari tasbihnya, sebaiknya mengantar tasbih ini ke stasiun bus umum saja,
lalu berpesan pada nona yang bertugas di stasiun bus agar mengumumkan jika ada
yang merasa kehilangan tasbih mohon mengambilnya di loket stasiun.
Tetapi
setelah tiga hari berlalu, Nyonya Huang kembali ke stasiun untuk mencari tahu,
dia melihat tasbih tersebut masih tergantung di dinding loket. Ada seorang
supir bus berkata padanya : “Nyonya! Saya menginginkan seuntai tasbih itu, bolehkah saya memilikinya?”
Nyonya Huang menjawab : “Tidak
boleh! Tidak boleh! Tasbih ini adalah milik ibunda
tiga kakak beradik, mungkin itu adalah hadiah dari Buddha Amitabha buatnya”.
Ucapannya
belum lagi selesai, sungguh kebetulan ibunda tiga kakak beradik sudah muncul di
hadapannya, Nyonya Huang lalu menyerahkan seuntai tasbih tersebut kepadanya,
ibunda tiga kakak beradik segera menyambut dengan kedua tangannya, raut
wajahnya menampakkan kegembiraan, sambil terus mengucapkan terima kasih atas
maitri karuna Buddha.
Dan
lagi tiga kakak beradik ini memiliki Oma yang telah berusia 84 tahun, telah
berbulan-bulan menderita sakit berkepanjangan, ketika penyakitnya sudah berat
tidak sanggup bangkit dari tempat tidur, sekitar lima hari tidak mampu menelan
makanan, tetapi selama berhari-hari kesadarannya menurun dan kacau, sembarangan
berteriak-teriak.
Ibunda
tiga kakak beradik terpikir akan Nyonya Huang, lalu pergi ke rumahnya untuk
menanyakan solusinya, Nyonya Huang kemudian pergi melihat kondisi pasien,
melihat keadaan pasien yang saat menjelang ajalnya muncul gejala buruk, lalu
mengumpulkan semua anak cucunya, berkata pada mereka : “Kalian semuanya harus
membangkitkan ketulusan, beranjali dan berada di samping pasien melafalkan
“Amituofo”, jika tidak tahu cara melafalnya, maka ikutilah saya melafalnya,
satu kata demi satu kata jangan sampai kacau balau, diucapkan secara jelas,
melafalnya dengan benar!”
Sungguh
Buddha Dharma tanpa batas, menakjubkan tak terbayangkan, setelah melafal
Amituofo hingga satu jam lewat, wajah lansia itu yang semula tampak menderita
akhirnya sekarang jadi tenang dan damai, mulutnya juga mengikuti melafal
Amituofo, seluruh keluarga yang melihat kejadian ini, semuanya merasa
bersukacita, melanjutkan melafal Amituofo hingga belasan menit kemudian lansia
itu meninggal dunia dengan damai.
Lalu
Nyonya Huang mengajari mereka untuk melanjutkan melafal Amituofo delapan jam
lagi setelah pasien menghembuskan nafas terakhir, suara lafalan Amituofo jangan
sampai terputus. Keluarga tiga kakak beradik sangat berterima kasih atas
kebajikan Nyonya Huang karena telah menyelamatkan Oma mereka keluar dari lautan
penderitaan.
Penulis :
Upasika Lin Kan-zhi
念佛感應見聞記
至誠念佛和顏往生
黃太太對大家說,他的鄰居有一間三姊妹開的電髮院。大家都稱呼三姊妹的母親老闆娘,所以也不知姓名。因為三姊妹的母親要信外教,黃太太就去接引她信佛,對她說了很多感應事蹟,並且請她到自己家裡去參拜莊嚴的佛像,那三姊妹的母親看她有二串佛珠掛在壁上,就說:「你有佛珠二串,送一串給我好不好?」黃太太說:「不可!不可!我另外再去找一串給你。」黃太太笑著說,我當時確實有點慳吝。
過了幾天的早晨五點多鐘,黃太太的次子,一開門就大聲叫道:「媽!你的念珠,為何掉落在門邊呢?」黃太太在床上剛起身便赤著足跑到門口一看,真的一串念珠,雙手拾起,仔細看去確是一串百八粒的真菩提子,還掛著一顆西方三聖的墜子。黃太太此時心想,今天是正月初二,不知是何處修行人失落的,現在一定很著急,想來想去,還是拿了念珠走到公共汽車站,交給那辦事人員及車掌小姐說:「請把這串念珠掛在鐵釘上招領,假若失落的人見到,就把它物歸原主。」但是經過了三天,黃太太再到車站看時,那串念珠依然掛在壁上。有一位司機就對她說:「太太!那一串念珠我要,送我好不好?」黃太太說:「不可!不可!這念珠是三姊妹母親要的,也許是阿彌陀佛送來給她的。」此話還未說完,真巧三姊妹的母親已來到面前,黃太太就將這串念珠給他,那三姊妹的母親,雙手接過,喜出望外,連連感謝佛的慈悲。
再說三姊妹有一位祖母,是年已經八十四歲,疾病纏綿數月,到了病入膏肓之時,大約已五天不能吃東西,可是日以繼夜的精神錯亂顛倒,亂呼亂叫?三姊妹母親就想請黃太太,到她家請問不知如何是好,黃太太就到他家,一看臨命終人,現出惡相,即時把他子孫,一齊叫來,對他們說:「你們要用至誠心,合掌在老人旁邊念『阿彌陀佛』,如不會念,只要隨我念,一句一句不要亂,要清清楚楚,規規矩矩的念!」真是佛法無邊,不可思議,大家念了大約一點多鐘,那老人很難看的臉孔忽然變成和顏悅色,口中亦隨念「阿彌陀佛」起來,一家人見此境界,個個心中高興,一直再念了十多分鐘就安然往生了。黃太太又教他們亡者斷氣以後八點鐘,佛聲不可間斷。三姊妹一家人對於黃太太真是感恩戴德,因為她救了她們的祖母脫離苦海。
林看治老居士著