Sabtu, 09 Juni 2018

38. Pandai Besi Huang

Kisah Pandai Besi Terlahir ke Alam Sukhavati



 

1. Pada masa Dinasti Song, di Tanzhou, Provinsi Hunan, terdapat seorang tukang besi bermarga Huang, orang-orang menjulukinya sebagai Pandai Besi Huang. Entah dari mana dia mendengar tentang metode pelafalan Amituofo, setiap hari sambil menempa besi sambil melafal Amituofo, memukul sekali melafal sekali : Ding~Amituofo, Dang~Amituofo.......



 

2. Istrinya melihat suaminya menempa besi sambil melafal Amituofo, hatinya begitu pedih lalu menasehati suaminya : “Pekerjaan menempa besi sudah begitu susah, sekarang kamu menempa besi sambil melafal Amituofo, bukankah lebih menyengsarakan?”



 

3. Setelah mendengar perkataan istrinya, Pandai Besi Huang malah tersenyum dan berkata : “Cara begini malah sangat bagus sekali, biasanya berdiri di depan tungku pembakaran sambil bekerja, rasanya panasnya bukan main, tetapi sekarang bekerja sambil melafal Amituofo, tidak merasa kepanasan lagi; biasanya waktu menempa besi, kedua tangan terasa pegal sekali, sekarang dengan melafal Amituofo sudah tidak terasa pegal lagi”.



 

4. Suatu hari Pandai Besi Huang yang buta aksara, meminta bantuan tetangganya untuk menulis sebait sajak yang isinya : “Ding Ding Dang Dang, setelah melafal sekian lama akhirnya berhasil; kehidupan yang tenang akan menyongsong; saya terlahir di Alam Sukhavati di penjuru barat”.



 

5. Tetangganya baru saja selesai membantunya menulis sajak tersebut, tangannya masih memegang palu, namun nafasnya telah berhenti.



 

6. Sungguh ajaib, Pandai Besi Huang walaupun sudah tidak bernafas lagi, namun rona wajahnya tidak berubah sama sekali, tampak seperti masih hidup, bahkan di sekitarnya tercium keharuman istimewa yang kental, di angkasa juga terdengar irama kebahagiaan, banyak warga sekitar yang menyaksikan peristiwa ini.



 

7. Sejak itu sajak yang diwariskan Pandai Besi Huang, beserta fenomena istimewa saat menjelang ajalnya, tersebar luas di wilayah Hunan, praktisi pelafal Amituofo kian bertambah jumlahnya.

Disadur dari :

37. Berjalan Menembusi Dinding



Berjalan Menembusi Dinding



 

1. Upasaka Dong Zi-ming hidup pada periode pemerintahan Tiongkok Nasionalis (1912-1949), penduduk Kabupaten Penglai, Provinsi Shandong, terpelajar dan berpengetahuan luas, pernah menjabat sebagai penasehat Jenderal Wu Pei-fu.



 

2. Ketika berusia lanjut, dia menjauhi segala hal duniawi, menfokuskan pikiran melafal Amituofo. Pernah menjadi tenaga pengajar di sekolah Buddhis “Vihara Zhan Shan” di Qingdao, Shandong. Setiap hari dia menargetkan melafal Amituofo di kamarnya sebanyak 40 ribu kali. Oleh karena takut orang lain datang mengganggu, makanya dia sering mengunci pintu kamar dari luar, pura-pura sedang keluar.



 

3. Suatu hari ketika dia sedang melafal Amituofo, tiba-tiba dia ingin keluar berkeliling sebentar, kemudian dia tiba di aula di luar kamarnya.



 

4. Tidak lama kemudian dia kembali ke kamarnya, barulah menyadari ternyata pintu kamar masih terkunci, hatinya langsung kaget tak karuan : Lantas bagaimana cara dia keluar tadi?



 

5.  Kejadian ini dalam waktu sekejab mengagetkan seluruh penghuni vihara. Dia bertanya kepada ketua vihara yakni Master Tanxu, Master menarik kesimpulan bahwa ini dikarenakan Upasaka Dong melafal Amituofo dengan begitu terfokus, kekuatan Buddha memberkati, dalam waktu singkat khayalan tidak muncul, di dalam hatinya tiada kemelekatan, tembok di luar bukan lagi penghalang baginya, makanya dia bisa bebas berjalan keluar masuk, menampilkan kemampuan gaib yang jarang dimiliki orang. Ketika dia telah menyadarinya, di hatinya segera muncul perbedaan dan kemelekatan, saat ini pintu dan tembok kembali menjadi penghalang baginya.



 

6. Sutra menyebutkan bahwa “Segala sesuatu tercipta dari hati dan pikiran”. Tak peduli itu adalah makhluk hidup maupun benda mati, juga muncul dari kemelekatan hati para makhluk. Andaikata dapat menghapus khayalan dan kemelekatan, maka tidak ada yang perlu diherankan.



 

7. Dong Zi-ming yang mempertimbangkan dirinya tinggal di luar daerah sebagai tamu, makanya berikrar : Yang pertama, jangan menderita sakit; Yang kedua, kalau jatuh sakit langsung terlahir ke Alam Sukhavati. Alhasil setelah melafal Amituofo selama bertahun-tahun, dia tidak pernah menderita penyakit apapun.



 

8. Tiga hari sebelum ajal tiba, dia hanya merasa sekujur tubuhnya letih, sepasang kaki dan tangannya tidak bertenaga, tetapi selera makannya seperti biasa, tiada menderita sama sekali, pikirannya juga masih begitu jernih, memohon para anggota Sangha untuk bergantian membantunya melafal Amituofo.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, dia bangkit dari tempat tidurnya, dengan wajah penuh sukacita berkata pada semua orang :  “Sekarang saya baru tahu bahwa ketrampilan yang dilatih selama ini sama sekali tidak sia-sia”. Setelah selesai berucap, dia melanjutkan melafal Amituofo dan meninggal dunia dalam posisi duduk bersila.




 

9. Orang awam selama masih berada di dunia ini, yang belum terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, melatih kemampuan gaib, kemampuan gaib yang diperoleh, semua ini sungguh dangkal adanya, bahkan sangat terbatas.

Lain halnya setelah terlahir ke Alam Sukhavati, beragam jenis kemampuan gaib dengan sendirinya diperoleh tanpa perlu bersusah payah melatihnya, bahkan mencapai tingkatan yang paling sempurna, oleh karena Alam Sukhavati merupakan alam yang sempurna akan segala kebajikan.

Disadur dari :  

36. Membangun Rupang Buddha raksasa






















    
















Disadur dari :

 
        

Jumat, 08 Juni 2018

35. Kebijaksanaan dan Sukacita

Melafal Amituofo makin terbiasa, menangani urusan kian jelas

1. Shen Ting-yu adalah penduduk Beiban, Jiaxing, orangnya jujur, segala hal diurus dengan seksama dan terperinci, semua urusan akan diselesaikannya sendiri dan tidak sudi merepotkan orang lain.





2. Dia meyakini Buddha Amitabha, seringkali bila di sekitarnya lagi tidak ada orang, dia akan melafal dengan suara nyaring “Namo Amituofo, Namo Amituofo, Namo Amituofo...............”, sehingga orang-orang di sekelilingnya setelah mengetahui hal ini jadi keheranan.

Ada orang yang melihatnya melafal Amituofo seperti orang bodoh, sehingga menertawakannya, tetapi Shen Ting-yu tidak pernah menghiraukannya, malah sangat menikmati kebahagiaan melafal Amituofo.





3. Tak terasa beberapa dekade telah berlalu, Ting-yu yang asyik melafal Amituofo merasa melewati waktu satu dasawarsa seperti sehari, begitu cepat berlalu.

Dia memiliki pemahaman yang mendalam terhadap melafal Amituofo, berkata : “Melafal Amituofo kian lama kian banyak, melihat sebuah permasalahan makin jelas dan transparan!” (Melafal Amituofo makin terbiasa, menangani persoalan kian jelas!”)





4.  Ting-yu ketika berusia 73 tahun, dia menderita penyakit ringan.
Pada tahun yang sama, bulan 3 hari ke-19, tiba-tiba Ting-yu memberitahu keluarganya : “Buddha Amitabha telah datang menjemputku! Tolong ambilkan lilin”.





5. Ting-yu menyalakan dupa dan bernamaskara pada rupang Buddha, dengan penuh sukacita mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati.



 

6. Mengapa melafal Amituofo kian lama kian banyak, lantas dalam mengamati sebuah permasalahan akan makin jelas dan transparan? Oleh karena Buddha Amitabha juga bergelar “Tathagata Cahaya Kebijaksanaan”, melafal Amituofo dengan sendirinya memperoleh pemberkatan dari Buddha Amitabha dan terjalin dengan kebijaksanaan Buddha. Setelah melafal Amituofo kian lama kian banyak, dengan sendirinya kebijaksanaan kita akan berkembang.



 

7.  Bersamaan itu pula, mengapa Ting-yu makin melafal Amituofo makin merasakan sukacita?  Oleh karena Buddha Amitabha juga bergelar “Tathagata Cahaya Sukacita”, kita sering melafal Amituofo, Buddha Amitabha akan memancarkan cahaya menghangatkan hati kita, sehingga di hati praktisi pelafal Amituofo senantiasa muncul perasaan sukacita.

Dapat memperoleh kebijaksanaan dan sukacita, ini hanyalah secuil manfaat dari melafal Amituofo, oleh karena manfaat melafal Amituofo itu banyak sekali, bahkan tanpa batas dan tak terhingga! Manfaat terbesar dari melafal Amituofo adalah mencapai KeBuddhaan!

Disadur dari :