Tukang Batu Cilik Pelafal Amituofo
1.
Pada periode pemerintahan Tiongkok Nasionalis (1912-1949), di Kabupaten
Tongcheng, Provinsi Anhui, terdapat seorang anak laki-laki bermarga He, meneruskan
karir Ayahnya menjadi tukang batu.
Dia bekerja dengan serius, jauh atau dekat jaraknya, semuanya juga diketahuinya, masyarakat menyapanya
sebagai “Tukang Batu Cilik”.
2.
Suatu tahun pada musim panas, banjir menerjang dan menghanyutkan jembatan
tua yang telah lapuk, sehingga warga sekitar tak berdaya menyeberang. Warga
dusun mengumpulkan uang lalu mengundang Tukang Batu Cilik untuk membangun
sebuah jembatan batu yang baru, Tukang Batu Cilik dengan gembira segera
menyetujuinya.
3.
Membangun jembatan merupakan pekerjaan yang berat, mendesain dan
konstruksi, mengangkat batu, berjemur di bawah teriknya mentari dan dibawah
siraman hujan, tak peduli betapapun kesusahan dan keletihan yang dipikul, Tukang
Batu Cilik tetap memimpin para pekerja lainnya dengan kesungguhan hati
mengerjakan pahatan batu membangun jembatan.
4.
Tukang Batu Cilik dalam waktu keseharian jarang berbicara, namun dibalik
penampilan luarnya yang pendiam, dia memiliki keyakinan hati yang teguh
terhadap Buddha Amitabha.
5.
Jembatan batu baru yang indah sudah selesai dibangun, warga dusun demi
mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tukang Batu Cilik, setelah berdiskusi,
mereka sepakat untuk memberi bayaran yang lebih tinggi dari harga semula.
Tetapi Tukang Batu Cilik hanya mengambil uang buat keperluan hidupnya saja,
tidak sudi mengambil kelebihannya.
6.
Tukang Batu Cilik perlahan-lahan mulai termasyhur namanya, banyak orang
yang datang mencarinya untuk mengawasi dan membangun rumah. Pengurus Vihara
“Wanglong’an” setelah mendengar hal ini, sengaja mengundang Tukang Batu Cilik
untuk mengawasi pekerjaan pembangunan Vihara, Tukang Batu Cilik dengan sangat
gembira menyetujuinya.
7.
Tukang Batu Cilik meskipun cuma mengawasi pekerjaan pembangunan Vihara,
tetapi juga ikut sibuk bekerja, mengaduk tanah liat dan memikul batu. Tetapi
tak peduli bagaimanapun sibuknya, dia tetap bersikukuh melafal Amituofo, bahkan
bersungguh-sungguh melafal setiap patah “Amituofo” di dalam hati sanubarinya.
8.
Setelah melafal Amituofo untuk jangka waktu yang lama, hati Tukang Batu
Cilik penuh sukacita dan hening bagaikan angkasa di malam hari.
9.
Perlahan-lahan, banyak tabiatnya mengalami perubahan, sekarang dia dapat
melantunkan puisi dan menulis buku, bahkan cukup tersohor.
10.
Warga sekitar sering meminta bantuannya menulis surat, setiap tiba musim
perayaan Imlek, dia menulis dan membagikan kuplet (sepasang bait festival musim
semi yang ditulis di atas gulungan kertas merah) secara gratis kepada warga
dusun.
11.
Dalam waktu keseharian menuruti jodoh melakukan kebajikan, Tukang Batu
Cilik giat berusaha menyuburkan ladang berkah yang ada di dalam batinnya guna
terlahir ke Alam Sukhavati (yakni dengan cara membangkitkan keyakinan dan tekad
melafal Amituofo).
12.
Setelah bertahun-tahun kemudian, Tukang Batu Cilik telah berubah menjadi
Tukang Batu Tua. Tetapi panggilan warga dusun pada dirinya tetap saja tidak
berubah, dia membangun sebuah gubuk sebagai tempat kediamannya, memfokuskan
pikiran melafal Amituofo berkesinambungan, tidak memohon kekayaan dan panjang
umur, hanya memohon dapat mengakhiri samsara, terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
13.
Dengan segenap hati dia memanjatkan doa pada Buddha Amitabha, semoga saat
menjelang ajal takkan ada rintangan, bersua dengan Buddha Amitabha, memperoleh
ramalan pencapaian KeBuddhaan.
14.
Gubuk Tukang Batu Cilik bersebelahan dengan kandang kerbau milik
tetangga, suatu hari, Tukang Batu Cilik mendadak berkata pada tetangganya :
“Cepat pindahkan kerbau anda ke tempat lainnya.”
15.
Meskipun merasa heran, tetapi dia percaya dan menuruti perkataan Tukang
Batu Cilik, segera memindahkan hewan ternaknya itu. Baru saja melangkah tidak
jauh, tetangga-nya melihat gubuk terbakar, di dalam kobaran api tampak Tukang
Batu Cilik duduk bersila di dalam gubuk, tidak bergeming sama sekali.
16.
Tukang Batu Cilik melafal Amituofo hingga memperoleh kesucian hati, mampu
mewujudkan api samadhi, terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa
rintangan.
17.
Warga dusun saat terkenang akan Tukang Batu Cilik, mereka akan melafal
Amituofo, saat melafal Amituofo, mereka akan terkenang Tukang Batu Cilik.
Judul asli :