Selasa, 09 Juni 2020

46 Tukang Batu Cilik Pelafal Amituofo


Tukang Batu Cilik Pelafal Amituofo



 

1.
Pada periode pemerintahan Tiongkok Nasionalis (1912-1949), di Kabupaten Tongcheng, Provinsi Anhui, terdapat seorang anak laki-laki bermarga He, meneruskan karir Ayahnya menjadi tukang batu.
Dia bekerja dengan serius, jauh atau dekat jaraknya, semuanya  juga diketahuinya, masyarakat menyapanya sebagai “Tukang Batu Cilik”.




 

2.
Suatu tahun pada musim panas, banjir menerjang dan menghanyutkan jembatan tua yang telah lapuk, sehingga warga sekitar tak berdaya menyeberang. Warga dusun mengumpulkan uang lalu mengundang Tukang Batu Cilik untuk membangun sebuah jembatan batu yang baru, Tukang Batu Cilik dengan gembira segera menyetujuinya.




 

3.
Membangun jembatan merupakan pekerjaan yang berat, mendesain dan konstruksi, mengangkat batu, berjemur di bawah teriknya mentari dan dibawah siraman hujan, tak peduli betapapun kesusahan dan keletihan yang dipikul, Tukang Batu Cilik tetap memimpin para pekerja lainnya dengan kesungguhan hati mengerjakan pahatan batu membangun jembatan. 




 

4.
Tukang Batu Cilik dalam waktu keseharian jarang berbicara, namun dibalik penampilan luarnya yang pendiam, dia memiliki keyakinan hati yang teguh terhadap Buddha Amitabha.




 

5.
Jembatan batu baru yang indah sudah selesai dibangun, warga dusun demi mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tukang Batu Cilik, setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk memberi bayaran yang lebih tinggi dari harga semula. Tetapi Tukang Batu Cilik hanya mengambil uang buat keperluan hidupnya saja, tidak sudi mengambil kelebihannya.




 

6.
Tukang Batu Cilik perlahan-lahan mulai termasyhur namanya, banyak orang yang datang mencarinya untuk mengawasi dan membangun rumah. Pengurus Vihara “Wanglong’an” setelah mendengar hal ini, sengaja mengundang Tukang Batu Cilik untuk mengawasi pekerjaan pembangunan Vihara, Tukang Batu Cilik dengan sangat gembira menyetujuinya.




 

7.
Tukang Batu Cilik meskipun cuma mengawasi pekerjaan pembangunan Vihara, tetapi juga ikut sibuk bekerja, mengaduk tanah liat dan memikul batu. Tetapi tak peduli bagaimanapun sibuknya, dia tetap bersikukuh melafal Amituofo, bahkan bersungguh-sungguh melafal setiap patah “Amituofo” di dalam hati sanubarinya.




 

8.
Setelah melafal Amituofo untuk jangka waktu yang lama, hati Tukang Batu Cilik penuh sukacita dan hening bagaikan angkasa di malam hari.




 

9.
Perlahan-lahan, banyak tabiatnya mengalami perubahan, sekarang dia dapat melantunkan puisi dan menulis buku, bahkan cukup tersohor.




 

10.
Warga sekitar sering meminta bantuannya menulis surat, setiap tiba musim perayaan Imlek, dia menulis dan membagikan kuplet (sepasang bait festival musim semi yang ditulis di atas gulungan kertas merah) secara gratis kepada warga dusun.




 

11.
Dalam waktu keseharian menuruti jodoh melakukan kebajikan, Tukang Batu Cilik giat berusaha menyuburkan ladang berkah yang ada di dalam batinnya guna terlahir ke Alam Sukhavati (yakni dengan cara membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo).




 

12.
Setelah bertahun-tahun kemudian, Tukang Batu Cilik telah berubah menjadi Tukang Batu Tua. Tetapi panggilan warga dusun pada dirinya tetap saja tidak berubah, dia membangun sebuah gubuk sebagai tempat kediamannya, memfokuskan pikiran melafal Amituofo berkesinambungan, tidak memohon kekayaan dan panjang umur, hanya memohon dapat mengakhiri samsara, terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.




 

13.
Dengan segenap hati dia memanjatkan doa pada Buddha Amitabha, semoga saat menjelang ajal takkan ada rintangan, bersua dengan Buddha Amitabha, memperoleh ramalan pencapaian KeBuddhaan.




 

14.
Gubuk Tukang Batu Cilik bersebelahan dengan kandang kerbau milik tetangga, suatu hari, Tukang Batu Cilik mendadak berkata pada tetangganya : “Cepat pindahkan kerbau anda ke tempat lainnya.”




 

15.
Meskipun merasa heran, tetapi dia percaya dan menuruti perkataan Tukang Batu Cilik, segera memindahkan hewan ternaknya itu. Baru saja melangkah tidak jauh, tetangga-nya melihat gubuk terbakar, di dalam kobaran api tampak Tukang Batu Cilik duduk bersila di dalam gubuk, tidak bergeming sama sekali.




 

16.
Tukang Batu Cilik melafal Amituofo hingga memperoleh kesucian hati, mampu mewujudkan api samadhi, terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa rintangan.




 

17.
Warga dusun saat terkenang akan Tukang Batu Cilik, mereka akan melafal Amituofo, saat melafal Amituofo, mereka akan terkenang Tukang Batu Cilik.

Judul asli :