Melafal
Amituofo memancarkan cahaya, setan kehilangan kesaktiannya
01.
Sepuluh tahun
yang silam, saya mengambil Visudhi Trisarana dan menjadi seorang praktisi
pelafal Amituofo, mengetahui keunggulan penyelamatan dari Buddha Amitabha, setiap
hari pagi dan sore saya memiliki jadwal tetap untuk melafal Amituofo, dalam
aktivitas keseharian, baik dalam bekerja, menyetir, menjaga cucu, menyelesaikan
tugas rumah, juga dilakukan sambil melafal Amituofo, demikian pula saat
kegiatan outdoor mendaki gunung juga dilakukan sambil melafal Amituofo.
02.
Pada Maret 2014,
suatu pagi, saya sedang mendaki gunung di sekitar New Taipei City, pukul 9.30
siang, saya mulai menuruni gunung, ketika tiba di lapangan parkir di bawah deretan
anak tangga menuju ke sebuah kelenteng (kelentengnya terletak di atas, jadi
untuk menuju ke atas harus melewati deretan anak tangga yang panjang), kebetulan
bertemu dengan 2-3 barisan arak-arakan orang sembahyang.
03.
Mereka berbaris
di lapangan parkir, hendak menaiki anak tangga menuju ke atas untuk membakar
dupa. Oleh karena lahan parkirnya kecil, mobilku pun tertahan di sana, dalam
hatiku berpikir, lebih baik menunggu mereka masuk ke dalam vihara dulu, barulah
saya melanjutkan perjalananku, sambil menunggu sambil melafal Amituofo.
04.
Siapa yang
menduga sudah menanti hingga pukul 10.30, barisan masih juga belum tampak
bergerak, setiap barisan dipimpin oleh “Medium Roh (orang yang bisa kesurupan)”,
mereka beraksi sambil bersiap-siap dirasuki setan, barisan lainnya mulai
bergabung, memukul gong dan petasan, suaranya berisik sekali, kini lahan parkir
benar-benar sesak dan tidak bisa dilewati lagi.
05.
Oleh karena siang
hari nanti, saya harus menghadiri pesta pernikahan putra sahabatku, semakin
cemas semakin cepat pula saya melafal Amituofo, berdoa semoga barisan ini cepat
membubarkan diri; selain itu saya juga mencari pihak penyelenggara supaya
menyediakan sebuah jalur yang bisa dilewati mobil, tetapi jawabannya malah
mengecewakan : “Malaikat-nya belum datang, lagi pula umat pun sudah banyak yang
berlutut di sana, jadi Anda bersabarlah menanti, kalau memang tidak ada pilihan
lagi, barulah suruh mereka buka jalan”.
06.
Kemudian
terdengar suara percakapan anggota barisan lainnya : “Aneh, kenapa sampai
sekarang Medium Roh masih juga belum bisa kesurupan yah? Biasanya tidak
begini”.
07.
Sampai pukul
11.30 siang, barisan masih juga belum bergerak maju-maju, saya terpaksa
tebalkan muka, pergi bertemu dengan pihak penyelenggara, barulah mereka mau membukakan
jalan, dan mobil saya berhasil melewatinya.
08.
Usai itu saya
menoleh ke arah belakang, melihat si Medium Roh baru berhasil kesurupan, memimpin
barisannya menaiki anak tangga setinggi gedung lima tingkat.
09.
Sebulan kemudian,
saya kembali ke sana untuk mendaki gunung lagi. Pihak penyelenggara berkata
padaku : “Aneh sekali, tempo hari setelah anda beranjak pergi, si Medium Roh
baru bisa kesurupan, biasanya tidak begitu”.
10.
Dia berkata lagi
: “Si Medium Roh bilang, ada seberkas cahaya yang menghalangi di hadapannya,
sehingga setan dan malaikat tidak berdaya merasuki tubuhnya”.
Dia bertanya
padaku : “Hari itu, orang pertama yang beranjak pergi adalah dirimu, apakah
anda ada membawa jimat atau sejenisnya?”
11.
Saya menjawab :
“Ya saya memang membawa jimat yang sakti dan super ampuh, yakni gantungan tas
berukiran aksara “Namo Amituofo”.
Dia bertanya lagi
: “Jadi anda ini belajar ilmu sakti aliran mana?”.
Saya menjawab :
“Saya belajar ilmu sakti yang bernama melafal Amituofo berkesinambungan”.
Kesaksian dari
Upasika Jingxiu, 27 Mei 2014.
Judul asli :