Kisah Mukjizat Melafal
Amituofo
Kisah Upasika Lin Kan Zhi terlahir
ke Alam Sukhavati
(Bagian
3)
Artikel ini ditulis oleh : Xi
Lian-jie
Upasika Lin dalam melatih dirinya sendiri
sambil memberi manfaat bagi orang lain, menulis buku berjudul “Kisah Mukjizat
Melafal Amituofo”, berkat dukungan Guru Li, pada tahun 1969 bulan 8 pertama
kali dipublikasikan sebanyak 5100 jilid, disebarkan secara meluas. Dari buku
ini ada yang dimasukkan ke dalam buku “Kisah para praktisi yang terlahir ke
Alam Sukhavati”, bahkan ada yang dijadikan rekaman kaset dan siaran televisi
kemudian disebarluaskan, jalinan jodoh ini sungguh luas.
Para pembaca ada juga yang berasal dari
luar negeri, juga karena membaca buku ini, sengaja datang berkunjung ke Taiwan
demi berjumpa dengan penulis buku, dapat diketahui bahwa buku tersebut sangat
menggugah pembacanya, dan masih ada hasil karya beliau lainnya, diantaranya
adalah ceramah mengenai Amitabha Sutra, menasehati agar melatih pintu Dharma
pelafalan Amituofo dan sebagainya.
Upasika Lin melatih diri selama
bertahun-tahun menyadari bahwa dapat mengenal metode melafal Amituofo terlahir
ke Alam Sukhavati, merupakan akar kebajikan dan berkah terbesar dari kehidupan
manusia, sering dikatakan : “Melatih diri tiada lain, hanya harus mengenal
jalannya, jika sudah tahu jalannya, maka roda samsara dapat dihentikan”, bahkan memuji : “Pintu Dharma pelafalan
Amituofo merupakan mustika tertinggi tiada taranya”, Upasika Lin pada periode
awal masih berceramah menuruti jodoh untuk menyelamatkan para makhluk, namun
pada periode akhirnya giat memperkokoh ketrampilan melafal Amituofo, beliau
berkata bahwa melatih diri haruslah dimulai sejak dini, bersyukur sejak dini
dapat bertemu dengan Guru Li yang telah menanam dasar metode pelafalan
Amituofo, jika tidak demikian, usia yang semakin menua dan kemampuan yang
semakin menurun, meskipun maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak
sampai. Senantiasa menasehati terutama yang telah berusia lanjut agar lebih
disiplin melafal Amituofo, bertekad lahir ke Alam Sukhavati, oleh karena sisa
waktu juga tak banyak lagi, begitu ketidakkekalan datang, menunda urusan besar
terlahir ke Alam Sukhavati, akibatnya tidak berani dipikirkan lagi.
Upasika Lin mendukung Asosiasi Lotus selama
40 tahun, di dalam mempelajari berkesinambungan Ajaran Buddha dan Ajaran
Konfucius selama jangka panjang, beliau semakin memahami pentingnya teori yang
harus disertai dengan pengamalan, hingga dua tahun sebelum wafat, setiap hari
beliau melafal 60 ribu lafalan Amituofo, dengan tangan menggenggam tasbih dan
melafal dengan gaya vajra (tidak bersuara, melafal di dalam hati), saat kebaktian
umum barulah mengeluarkan suara melafal Amituofo, selain mengurangi waktu tidur
dan makan, setiap hari berada dalam lafalan Amituofo, Upasika Lin mengamalkan
sila “tidak membicarakan kesalahan empat jenis siswa Buddha”, “menempatkan
keharmonisan sebagai yang paling berharga”, ketika bertemu dengan situasi yang tidak
menyenangkan, semua ini adalah munculnya rintangan karma, maka harus lebih giat
melafal Amituofo, memohon pemberkatan dari Buddha.
Yang paling disukai adalah ceramah Master
Yin Guang : “Seharusnya bertekad lahir ke Alam Sukhavati; alam saha ini
hanyalah tempat penginapan di tengah perjalanan, janganlah mendambakannya, Alam
Sukhavati barulah merupakan rumah kita yang sesungguhnya; oleh karena anda
tidak membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati maka itu tidak
memperolehnya; semua insan dapat terlahir ke Alam Sukhavati, karena itu panorama
Alam Sukhavati, siapa yang ingin memperebutkannya”.
Beliau senantiasa mengingat kalimat ini,
untuk menyadarkan diri sendiri bahwa di alam saha ini hanyalah sebagai tamu,
Alam Sukhavati barulah kampung halaman. Bahkan di empat dinding ruang kamarnya
tergantung poster tulisan kaligrafi Master Yin Guang “Menfokuskan pikiran
melafal Amituofo” untuk memotivasi diri sendiri giat melafal Amituofo, bahkan
semakin menyadari kalimat yang berulang kali disebutkan oleh Guru Li sebelum
wafat yakni “Kurangi satu perkataan, perbanyak satu lafalan Amituofo, matikan
niat pikiranmu, hidupkan Dharmakaya mu”, sungguh merupakan pelita bagi
lingkungan pelatihan diri pada jaman berakhirnya Dharma ini yang penuh dengan
kejahatan.
Sejak usia 60 tahun Upasika Lin telah
mempersiapkan diri menghadapi ketidakkekalan, dua tahun sebelum wafat berpesan
akan hal-hal yang harus diperhatikan saat menjelang ajal, seminggu sebelum
meninggal dunia beliau berkata pada para sahabat Dharma : “Saya akan berpulang ke
Rumah”, dan terus memuji : “Alam Sukhavati sungguh nyata adanya”, dua hari sebelum
wafat, tubuhnya mulai terasa lemah, anak cucunya membawanya pulang ke rumah,
para sahabat Dharma dan sanak keluarga mendampinginya melafal Amituofo, sehari
sebelum terlahir ke Alam Sukhavati, sore hari beliau berkata pada sahabat
Dharma : “Telah bertemu Buddha Amitabha, pasti memperoleh penjemputan terlahir
ke Alam Sukhavati”, keesokan paginya pukul 7 lewat 20 menit, dibawah iringan
suara lafalan Amituofo para sahabat Dharma dan sanak keluarga, di rumahnya
sendiri dalam kondisi pikiran benar dan kesadaran yang jernih, Upasika Lin
Kan-zhi terlahir ke Alam Sukhavati, kemudian dilanjutkan dengan melafal
Amituofo hingga 24 jam kemudian barulah dibasuh dan digantikan pakaian,
wajahnya dipenuhi senyuman, serupa wajah maitri nya semasa hidup, hadirin yang
menyaksikannya tiada yang tidak melontarkan pujian, mendoakan diri sendiri juga
dapat terlahir ke Alam Sukhavati.
Pada tahun 1992 bulan 4 hari ke-26,
diadakan upacara perpisahan untuk Upasika Lin, sahabat Dharma
berbondong-bondong datang melafal Amituofo, sehingga ruangan jadi penuh, dapat
dilihat bahwa pelatihan dirinya dalam keseharian, usahanya tidak sia-sia,
mengharukan setiap insan. Setelah diperabukan, diperoleh sarira lebih dari
seratus butir, memperlihatkan ketrampilan melafal Amituofo yang mendalam.
Dari kisah Upasika Lin terlahir ke Alam
Sukhavati, kami membangkitkan keyakinan yang mendalam. Semoga semua yang
melihat dan mendengarnya, melafal Amituofo dengan setulusnya, bersama-sama
terlahir ke Alam Sukhavati, mencapai KeBuddhaan.
(Petikan
dari Majalah Bulanan Ming Lun Edisi 225 )
念佛感應見聞記
本書作者念佛生西
林看治老居士往生記
(三)
後學 西蓮竭誠敬記
林老居士於自行化他之餘,尚孜孜不倦著有念佛感應見聞記,叨蒙雪公恩師題字及賜序,自民國五十八年八月初版伍仟壹佰冊,迄往生前共出書五十六版,冊數達十餘萬冊,其他各處印行結緣及流通者,亦不計其數,其內容並有數則被收入淨土聖賢錄,並有依其內容製作錄音帶及電台廣播而流傳者,可謂廣結西方數萬緣矣。閱該書而發心念佛者,時有所聞,甚至遠在國外,亦有因閱讀該書而特地來臺求見者,該書感人之深,由此可見一斑,遺著另有佛說阿彌陀經淺講、勸修念佛法門淺講等數冊。
林老居士多年修行體驗,認為能知念佛求生西方,乃人生最大之善根福報,常謂:「修行無別修,只要識路頭,路頭若識得,生死一齊休」,並盛贊:「念佛法門乃無上至寶」,老居士早年隨緣說法度眾,晚年加強念佛功夫,自言修行宜趁早,自覺早年幸蒙恩師指導,奠定念佛基礎,否則午歲日長,體力漸衰,每有力不從心之感。復勸老年人更宜加緊念佛,求生西方,否則來日無多,若無常一至,耽誤往生大事,後果不堪設想。
林老居士於蓮社常住護持四十年,在長期儒佛說法經筵之薰習下,更體會行解相應之重要,至往生前二年,已日課六萬聲之佛號,自修時雙眼垂簾,手持念珠,作金剛念,共修時則隨眾出聲念佛,幾乎除睡眠、飲食之外,終日沐浴佛號之中,林老居士受持「不說四眾過失」之戒,謂「和為貴」,遭遇拂逆,皆是業障現前,更應加強念佛,求佛加被。最喜印光祖師所云:「應當發願願往生,客路溪山任彼戀,自是不歸歸便得,故鄉風月有誰爭」,特將此偈置之案頭,提醒自己,娑婆是作客,極樂是故鄉。而且寮房,四壁蕭條,唯置印光祖師所書「一心念佛」墨寶以策勵自身精進念佛,並深覺雪公恩師往生前所一再囑咐之「少說一句話,多念一句佛,打得念頭死,許汝法身活」,實為當今末法惡劣環境修行之一盞明燈矣。
林老居士於六十歲即備妥身後事宜,往生前二年復交代臨終注意事項,往生前一週即向蓮友云:「吾將回家矣」,且連續贊言:「真實有極樂世界」,往生前二日自覺身體較為虛弱,由兒孫請回自宅,蓮友及眷屬陪之念佛,於往生前一日午后,向蓮友云:「已見阿彌陀佛,定蒙接引往生」,終於次日晨七時二十分,在蓮友及眷屬之助念「阿彌陀佛」聖號中,於自宅正念分明,頃刻之間,安詳西歸,至不斷佛號二十四小時之後更衣時,欣見其笑容滿面,猶如生前之慈容,見聞者咸贊歎不已,祝其已如願往生極樂矣。林老居士於民國八十一年四月二十六日舉行告別式及荼毘典禮,蓮友相約前來念佛,途為之塞,足見其平日修持,功不唐捐,感人至深。火化後,復得舍利子數百餘顆,亦顯其念佛功深,因果不爽矣。
善導大師云:「若論學解,一切法門,皆應當學,若論修持,須擇契理契機者,方有實益」。念佛一法,因賅果海,果澈因源,最為契理契機,實乃世尊出世度生,令皆能今生即了生死之本懷。吾人由林老居士之誠敬念佛,終得往生極樂之事蹟驗之,信而有徵。普願見聞,老實念佛,同生極樂,共成正覺,則何幸如哉。而林老居士,以一白衣女流,竟得自行化他數十載,末後安詳生蓮邦,其如雪廬老人之「始信西方諸上善,真能乘願化身來」歟。
(明倫月刊二二五期特載)