Kisah Mukjizat
Melafal Amituofo
Membantu ayah terlahir ke Alam Sukhavati
merupakan bakti besar
(Bagian 2)
Saya mengambil alat kebaktian “Yin Qing”, dengan
suara nyaring melafal Amituofo, istri Pak Jiang beserta Fan-jun dan istrinya,
hingga putri dan menantu laki-lakinya, juga berdatangan ikut melafal Amituofo,
seluruhnya ada tujuh orang, setelah melafal sekitar setengah jam kemudian,
tiba-tiba, Upasaka Jiang bangkit dan duduk, beranjali dan bersila, kedua
matanya terbuka dan wajahnya tersenyum, kemudian berbaring kembali, dengan
damai menghembuskan nafas terakhir. Dalam iringan suara lafalan Amituofo, dalam
sekejab menampilkan keajaiban yang tak terbayangkan, jujur saja, saat itu saya
sendiri juga sempat terkejut. Anak cucu keluarga Jiang menuruti pembagian
jadwal dari saya, bergiliran membantu melafal Amituofo, setelah melafal hingga
melewati delapan jam lamanya, bagian puncak kepalanya masih terasa hangat,
tampak Upasaka Jiang seperti sedang tertidur pulas, wajahnya tampak lebih
berwibawa daripada semasa hidup.
Saya
bertanya pada Fan-jun : “Kemarin sepulang dari rumahku, apakah kamu ada melafal
Amituofo buat ayahmu?” Fan-jun menjawab : “Ada! Ada! Sepulang dari rumah anda,
saya langsung berada di sisi papa dan melafal Amituofo, kali pertama melafal
hingga dua jam lamanya, sore harinya melafal lagi hingga dua jam, ayah amat
bersukacita, menyebutku sebagai anak yang baik, siapa yang mengajarimu melafal
Amituofo? Mengapa hari ini kamu begitu rajin melafal Amituofo? Saya menjawab :
“Papa, saya sendiri yang membangkitkan niat melafal Amituofo, mulai sekarang
setiap hari saya akan melafal Amituofo, mendoakan agar Papa segera sembuh dan
sehat kembali!”, setelah mendengar ucapanku, ayah tampak gembira, siang hari
beliau makan semangkok bubur dan sayuran
hijau, penderitaannya telah berkurang separuh”.
Dokter mengatakan setelah tujuh hari baru meninggal dunia, tak terduga
beberapa jam kemudian, beliau masih begitu lincah, dalam iringan suara lafalan
Amituofo meninggal dunia dengan damai, sungguh Buddha Dharma tak terbayangkan.
Upasaka
Jiang wafat pada tahun 1960 bulan 2, sekitar bulan 6 karena kurang hati-hati
waktu berjalan, saya terjatuh dan lenganku patah, malam itu saya menderita
sakit luar biasa sehingga tidak dapat tidur, hingga larut malam pukul dua masih
juga tidak mampu memejamkan mata, lalu saya berbicara sendiri pada tanganku
yang kesakitan : “Kamu ini benda semu! Kulit berbalut kotoran yang sudah hidup
berpuluh-puluh tahun, yang kesakitan itu adalah kamu, diriku adalah diriku,
diriku adalah yang hendak terlahir ke Alam Sukhavati, tidak punya urusan dengan
kamu! Saya terus merenungkan Buddha Amitabha, saat-saat antara setengah tidur
dan setengah sadar, tiba-tiba ada satu orang yang turun dari angkasa, dan
muncul di hadapanku, dia mengenakan pakaian berwarna abu-abu, tampak berwibawa,
hanya terlihat setengah badannya saja, sedangkan setengahnya lagi ditutupi
awan, tiba-tiba orang ini memanggilku : “Kan-zhi shijie! Tanganmu kesakitan ya?
Ini karena peruntungan lagi tidak bagus, namun petaka sudah berlalu, tidak ada
masalah lagi!”
Begitu
mendengar suaranya, lalu kuangkat kepalaku dan memandangnya lebih seksama, wajahnya
mirip dengan Upasaka Jiang, saya bertanya padanya : “Pak Jiang, apakah anda
telah terlahir ke Alam Sukhavati?” Dia menjawab : “Sudah! Sudah!”. Kemudian dia membalikkan badan dan
menghilang, ketika saya terbangun jam menunjukkan pukul tiga, tanganku sudah
tidak terasa sakit lagi, beberapa hari kemudian jadi sembuh. Ini pertama kali
bagiku melihat sebuah sosok dari seorang praktisi yang telah terlahir ke Alam
Sukhavati muncul di hadapanku, kewibawaan suasana saat itu sulit terlukiskan
dengan kata-kata.
Tahun 1961 bulan ketiga merupakan hari peringatan
setahun wafatnya Pak Jiang, Nyonya Jiang ingin saya ikut membantu mengadakan
peletakan rupang Buddha di altar, sekaligus melafal Amituofo dan melakukan
pelimpahan jasa, setelah sibuk seharian, malam harinya tertidur pulas,
lagi-lagi saya bermimpi Upasaka Jiang muncul dengan penampilan seperti hari itu
dan berkata padaku : “Kan-zhi shijie! Terima kasih karena telah banyak
membantu!”
Saya mengajukan lagi pertanyaan yang serupa tempo
hari : “Pak Jiang, apakah anda sudah terlahir ke Alam Sukhavati?” Beliau juga
menjawab seperti hari itu : “Sudah! Sudah!”. Lalu menghilang, selanjutnya
selama enam tahun ini saya tidak pernah memimpikannya lagi, saya menyesali
kebodohanku sendiri, mengapa pertanyaan yang benar-benar penting tidak
kutanyakan, malah mengajukan pertanyaan yang sama sebanyak dua kali, yakni
apakah beliau sudah terlahir ke Alam Sukhavati? Mengapa tidak bertanya padanya
: “Apakah menurutmu saya Lin Kan-zhi bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Kapan
hari tersebut tiba?”
Penulis : Upasika Lin Kan-zhi
念佛感應見聞記
助父生西真正大孝
(二)
我就拿起引磬,大聲念佛,他一家人自江老太太及子重藩夫婦,連女兒、女婿在內共計七人,一同念佛,大約念了三十分鐘左右,忽然之間,江老居士自己坐了起來,雙手合掌,雙足結跏,兩目睜開面空一笑,再臥下時就安祥往生了。在這彌陀佛號聲中,一剎那間,現此不可思議奇跡,老實說,我當時還嚇了一大跳呢。
江家子孫人等由我領他們分班助念,念到天明已過了八點鐘,試摸頂門尤溫,體軟如綿,儀容比在世時更顯得莊嚴。
我就問重藩君:「你昨天回家後,有沒有念佛給你父親聽?」江君就說:「有!有!我由你家回來就在家父身邊念佛,第一次念了二點鐘,下午又念了二點鐘,家父就滿心歡喜,叫我乖孩子,是誰教你念佛的?你今天怎麼會念這樣多的佛?我就回答他:『爸是我自己發心念的,我自今天起要天天念佛,祈求爸爸身體早日康健!』家父聽了很滿意,很開心,中午就吃了一碗稀飯,半碟青菜,痛苦似乎已減去了一半。」醫師說再活七天能別世,不料幾點鐘後,靈靈覺覺,在念佛聲中安祥往生,真是佛法無邊,不可思議。
江印水老居士是民國四十九年二月往生的,大約在六月間我走路不小心,跌斷了手臂,摔得很嚴重,骨斷三節,那夜痛得不能入睡,到半夜二點鐘還是不能合眼,我就自言自語地向痛手說:你這個假東丙!活了幾十年的臭皮囊,痛由你痛,因為你是你,我是我,我是要去西方的,與你無關!我就一直觀想佛,半醒半睡之中,忽見一人由虛空降下,直來我面前,他身穿灰色布衣,身體雄偉,面孔又大,只見上半身,下半身被彩雲遮住,這人突然叫我:「看治姊!你的手很痛嗎?這是運氣不好,可是災難已經過去了,沒有關係的!」我一聽聲音,再抬頭一看,很像江先生,我就問:「江先生,你往生了沒有?」他連答有!有!轉身就不見了,我睜開眼時正是時鐘三點鐘,手亦不痛了,不幾天就好了。這是我第一次看見往生的人,有這樣筆墨難以形容的莊嚴之相。
五十年三月是江先生往生後一週年,他家由民族路遷居至臺中路新建的房屋,江老太太要我幫忙,請佛像去安位,並為祖先神主牌位合爐,念佛超度,忙了一整天,到夜間入睡後又再度入夢,江先生亦如前次形相,來我面前說:「看治姊!多謝您,受您很多的幫忙!」我又像上次一樣的問他:「江先生你有沒有往生?」他亦照上次一樣,連說有!有!就不見了,以後六年來,就不再夢見,我悔恨自心愚痴,重要的不問,兩次都只問他有沒有往生?何不問問:「看治自己能不能往生?要那一天才往生呢?」
林看治老居士著