Jumat, 18 Mei 2018

02. Sepatah Amituofo, Arwah Bayi Terselamatkan



Sepatah Amituofo, Arwah Bayi Terselamatkan

Pertengahan Bulan Maret Tahun 2014,  ketika saya mendapat kabar gembira sedang mengandung anak kedua, namun oleh karena Bapak Mertuaku (Huang Wen-fa), penyakit kronis-nya kambuh sehingga harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit, makanya kegembiraanku kali ini bercampur dengan kekhawatiran.

Suamiku adalah putra berbakti, dia harus menjaga Mertuaku di Rumah Sakit, makanya saya harus selalu pergi sendirian ke Rumah Sakit untuk menjalani pemeriksaan kandungan, pada pemeriksaan kedua, dokter berkata padaku : “Janin tidak menunjukkan perkembangan lagi, sehingga diperlukan operasi, kalau tidak.....”

Janin berada di dalam kandungan sudah tiga bulan lamanya, operasi mengeluarkan janin mati, sungguh membuatku tak berdaya menerima kenyataan pahit ini, perasaan yang tidak ikhlas hanya dapat diungkapkan dengan linangan air mata, berharap semoga anak yang tak berjodoh ini dapat terlahir di tempat yang lebih baik............ 

Selama Bapak Mertua menjalani rawat inap di Rumah Sakit, Ibu Mertua, putra-putri dan menantu-nya bergantian menjaganya, suatu malam pada awal Bulan April, tiba giliranku yang menjaga Papa.

Kamar yang ditempati Papa adalah kamar 2 orang, oleh karena ranjang pasien yang satunya lagi kosong, makanya di kamar yang luas tersebut cuma ada kami berdua. Tengah malamnya kami dikejutkan oleh suara ranjang kosong yang bergerak, selain bulu kuduk jadi merinding juga teringat kata orang : “Rumah Sakit banyak orang mati, makanya jadi seram, bahkan juga banyak makhluk halus.........” Dalam suasana penuh ketakutan, untunglah teringat Ibu Mertuaku selalu mengatakan : “Melafal Amituofo dapat mengeliminasi musibah dan menjauhkan kesusahan, juga dapat membawa manfaat bagi makhluk halus”, maka itu dengan secepatnya melafal “Namo Amituofo, Namo Amituofo............” Beberapa saat kemudian, suara menyeramkan tadi jadi lenyap, saya masih terus melafal tanpa henti, akhirnya tanpa sadar saya tertidur pulas.

Kemudian peristiwa yang lebih menakjubkan terjadi : “Di dalam tidurku, saya menyaksikan dengan jelas seberkas cahaya cemerlang tapi tidak menyilaukan, menyinari diriku, didorong oleh rasa penasaran, saya berusaha membuka sepasang mataku, ingin mengetahui sinar apakah itu? Mengapa bisa begitu cemerlang namun tidak menyilaukan? Sebelum rasa penasaranku terjawab, tiba-tiba dari cahaya tersebut tampak sebuah uluran tangan, dengan penuh welas asih berkata padaku : “Saya telah membawa pergi anak yang tak berjodoh denganmu”.

Rasa penasaranku kian menjadi-jadi, ingin mengetahui siapakah sosok yang berbicara denganku? Kenapa bisa tahu kalau saya menjalani operasi mengeluarkan janin, sehingga anak yang tak berjodoh denganku pergi buat selama-lamanya?”

Ketika terbangun, saya menceritakan mimpiku kepada Ibu Mertua, kemudian beliau mengeluarkan selembar poster Buddha Amitabha dan bertanya padaku, apakah yang saya lihat adalah Buddha Amitabha? Saya jawab benar. Lalu Ibu Mertuaku berkata bahwa Leluhur keluarga kami adalah praktisi Aliran Sukhavati, pernah berkata: “Hanya Buddha Amitabha yang mengikrarkan tekad menyelamatkan sepuluh penjuru makhluk terlahir ke Alam Sukhavati, meskipun hanya sepatah “Namo Amituofo”, namun telah mewakili jasa kebajikan Buddha Amitabha. Tak peduli siapapun yang melafal Amituofo, maka praktisi ini akan disinari oleh cahaya Buddha Amitabha yang melindunginya supaya terhindar dari segala malapetaka, apabila jasa kebajikan dari melafal Amituofo dilimpahkan kepada orang yang telah meninggal dunia, maka arwah tersebut juga dapat menerima cahaya Buddha Amitabha dan memperoleh penyelamatan, terlahir ke Alam Sukhavati, maka itu dengan menyebut “Namo Amituofo”, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, semuanya memperoleh manfaat”.

Dari sini dapat diketahui bahwa seberkas cahaya cemerlang namun tidak menyilaukan tersebut adalah cahaya Buddha Amitabha, uluran tangan penuh kasih tersebut merupakan tangan Buddha Amitabha yang menjemput arwah bayi terlahir ke Alam Sukhavati.

Asalkan melafal nama Buddha Amitabha, tak peduli insan suci maupun orang awam, yang bijak maupun yang dungu, tak peduli saat hidup keseharian maupun saat menjelang ajal, bahkan arwah bayi yang berada di Antarabhava (periode setelah meninggal dunia dan sebelum terlahir lagi, umumnya 49 hari), Buddha Amitabha menyelamatkan dengan setara.

Terima kasih atas Maha Maitri Karuna Buddha Amitabha, bersukacita anak yang tak berjodoh berada dalam pelukan Buddha Amitabha!  


Diceritakan oleh : Zhang Yueqiao tanggal 5 November 2015

Video :



一句佛號,嬰靈得度
 
民國一(2014)年三月中旬,當我再次驚喜地發現自己懷了第二胎時,因為正值公公(黃文發)痼疾復發需要住院治療,所以雖是歡喜但卻喜中有憂。尤其是孝順的先生必須照顧公公,所以常常需要自己一個人到醫院做產檢,當第二次產檢時,醫生告知我:「嬰兒沒再繼續成長了,需做小產手術,否則……」嬰兒已在肚子裡三個月了,晴天霹靂的小產手術真的讓我無法承受,不捨的心情只能以淚洗面,並期盼這無緣的孩子能到另一個更好的地方……

公公住院都是婆婆與兒女媳婦輪流照顧,民國一四年四月初的一個晚上,剛好輪到我照顧公公,由於隔壁床空著,所以整間房間只有我和公公兩人,空氣沉悶的令人感覺淒涼。然而到了半夜卻聽到了隔床床腳移動的喀喀作響聲,除了驚訝頓起雞皮疙瘩之外,更想起常聽人說:「醫院都會有死人,所以陰氣很重,而且無形的很多……」驚慌害怕中幸好想起婆婆常說的話:「念佛可以消災免難,也可以讓無形眾生得利」,所以一轉念趕緊「南無阿彌陀佛,南無阿彌陀佛……」念起佛號來。奇怪的是念沒多久喀喀作響的聲音消失了,而我也在念佛中睡著了。

然而更不可思議的卻又發生了:「睡中我清晰地看到一道很強但卻很柔和的光芒向我射過來,由於好奇心的驅使,我很努力的掙開眼睛想看看這是甚麼光?怎麼這麼強?怎麼這般柔和?但我除了看不清楚是甚麼光之外,卻看到了在光中伸出了一隻掌心向上的大手垂下來並且向我說:『我把妳無緣的孩子帶走了!』剎時我一直很吃力更很想看清楚那隻大手是甚麼?怎麼會跟我說這些話呢?怎麼又知道我做了小產手術,讓一個無緣的孩子離開了呢?」

醒來之後,我告訴婆婆我做了這個夢。婆婆拿一張彩雲佛問我是不是像這尊阿彌陀佛?我驚訝的發現原來我看到的竟然是彩雲佛中阿彌陀佛垂手接引的佛。接著婆婆告訴我專學淨土法門的外祖母曾說過:

「只有阿彌陀佛發願救度十方眾生往生極樂,就像善導大師在《往生禮讚》裡所說:『彌陀世尊,本發深重誓願,以光明名號,攝化十方,但使信心求念;上盡一形,下至十聲,一聲等,以佛願力,易得往生。』這句南無阿彌陀佛的佛號雖是僅僅六個字、一個音,但卻是代表彌陀果地的正覺功德,不論何人只要念佛,其本人就能蒙受彌陀的光明護佑消災免難,若迴向去世亡靈也能仰蒙彌陀光明救度往生極樂,即使不知不求,也能超拔親人,這是稱念南無阿彌陀佛的自然功能。」

由此可知,那道光芒便是阿彌陀佛的光明,那隻大手便是阿彌陀佛垂手接引無緣的孩子往生西方極樂界。

光明名號本一體,但稱名號光自來,所以只要稱念這句佛號,不論聖凡智愚,不論平生臨終,乃至中陰身、嬰靈,阿彌陀佛都會平等慈悲救度。感恩阿彌陀佛的大慈悲,欣慰無緣的孩子投入了彌陀的懷抱!

張月橋 一五年十一月五日記


01. Menasehati orang lain melafal Amituofo, terhindar dari bencana air


01. Menasehati orang lain melafal Amituofo, terhindar dari bencana air

Pada masa Dinasti Qing, ada seorang pedagang Provinsi Anhui bernama Wu Yun-sheng. Suatu kali dia melakukan perjalanan bisnis ke wilayah Suzhou dan Hangzhou, ketika berada di Distrik Huqiu, Suzhou, tiba-tiba dia bersua dengan seorang Bhiksu, setelah mengamatinya dengan seksama, Bhiksu ini berkata : “Dermawan, Anda sungguh memiliki akar kebajikan, pahala juga sangat besar, namun sayangnya pada usia 29 tahun akan bertemu dengan sebuah bencana air, bahkan mungkin akan........”. Setelah mendengar hal ini, Wu Yun-sheng jadi panik, wajahnya berubah jadi pucat, cepat-cepat memohon pada Bhiksu, cara untuk menghindari musibah ini.

Setelah berpikir sejenak, Bhiksu menjawab : “Mulai hari ini, anda tidak boleh membunuh, melepaskan satwa ke alam bebas, setiap hari melafal Amituofo dengan setulusnya, mungkin bisa mengeliminasi musibah ini”. Wu Yun-sheng mengamalkan pesan Bhiksu, juga rajin menasehati orang-orang di sekelilingnya agar jangan membunuh dan melepaskan satwa ke alam bebas, melafal Amituofo bertekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Ketika dia berusia 29 tahun, oleh karena harus pulang ke kampung halaman, sehingga harus melewati Hangzhou, dia menumpang perahu berangkat dari Distrik Jianggan di Hangzhou, seluruh penumpang di perahu tersebut ada 17 orang. Perahu baru saja berjalan sejauh belasan li, gelombang pasang tiba-tiba menghantam, menimbulkan ombak yang tinggi, hendak menelan perahu yang tak berdaya tersebut.

Melihat keadaan ini, Wu Yun-sheng mendadak teringat ucapan Bhiksu, sepasang tangannya segera beranjali, melafal “Namo Amituofo”. Baru saja melafal beberapa lafalan, kapal sudah tenggelam ditelan ombak, Wu Yun-sheng tenggelam ke dalam sungai.

Dalam kondisi setengah sadar, berulang kali dia mendengar ada orang yang berkata padanya : “Wu Yun-sheng, selama ini kamu rajin menasehati orang lain supaya melafal Amituofo, jasa kebajikan ini dapat mengeliminasi musibah ini”.

Ketika Wu Yun-sheng membuka matanya, menemukan dirinya telah ditolong oleh nelayan.

Koper dan barang bawaannya, semuanya sudah dihanyutkan air pasang, satu-satunya barang yang tertinggal bersama dirinya adalah tasbih tangan yang biasa digunakannya untuk melafal Amituofo, masih utuh melingkar di tangannya.

Perahu yang ditumpanginya bersama seluruh penumpang telah hilang tanpa jejak, Wu Yun-sheng merupakan satu-satunya penumpang yang selamat.

Sejak itu Wu Yun-sheng semakin yakin bahwa jasa kebajikan dari melafal Amituofo adalah sungguh tak terbayangkan, menyumbang 200 tael emas kepada Vihara Baoyang di Gunung Ziyang, Xihu, Hangzhou, membentuk perkumpulan melafal Amituofo, menyebarluaskan Pintu Dharma Pelafalan Amituofo.

Saat usianya mencapai 66 tahun, Wu Yun-sheng mengetahui terlebih dulu waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, saat menjelang ajal dia mampu mempertahankan pikiran benar, menyaksikan langsung kehadiran Buddha Amitabha dan para Suciwan yang datang menjemput, meninggal dunia dalam posisi duduk bersila.




劝人念佛有功,免却一劫水难

清朝时,有个安徽商人叫吴允升。有一次他去苏杭一带做生意,在苏州虎丘偶遇一位僧人,僧人仔细打量他后,便说:“施主,你很有善根呀,福报也很大,只可惜在二十九岁的时候会遭遇一场水难,有可能会……”吴允升听后,惊慌失色,急忙请教僧人解免的方法。

僧人想了一会儿,回答说:“从今天起,你要戒杀、放生,每天虔诚地念佛,或许可以免此难。”吴允升听后欣然照做,也经常劝化身边的人戒杀放生,念佛求生净土。

二十九岁那年,因为要返回家乡,必须经过杭州,在杭州江干区坐船,同行共有十七人。船刚开了十几里,一股潮水突然袭来,巨浪汹涌,势濒危危,见此情况吴允升一闪念间忽然想到了僧人对他说的话,马上双手合十称念“南无阿弥陀佛”。还没念几声,船就沉没了,吴允升也掉进了水中。在昏迷之中,仿佛听到有人说:“吴允升,你因为劝人念佛有功,可免此难。”等他睁开眼睛时,发现自己已经被渔夫救到岸上了。

所有的行李都被潮水冲走了,唯一剩下的就是平时用来念佛的十八颗佛珠的串珠,牢牢地握在手中。同行的其他人都被潮水冲的无影无踪了,吴允升成了唯一的幸存者。从此,吴允升更加深信念佛功德不可思议,在杭州西湖紫阳山宝成寺募捐二百金,兴办了念佛会,广为老少妇孺宣讲念佛法门。

六十六岁时,吴允升预知时至,正念分明,亲见阿弥陀佛与其聖众前来接引,趺坐往生。

Selasa, 28 Oktober 2014

Kapal Tekad Agung

 


Kapal Tekad Agung

Pada jaman dahulu kala ada seorang raja, bertanya pada Bhiksu Nagasena : “Melafal Amituofo dapat membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, ini merupakan hal yang sulit dipercaya”.

Bhiksu Nagasena bertanya pada raja : “Paduka, andaikata ada sebuah batu yang besar, ditaruh di atas air, apakah dia akan tenggelam ke dasar air?”

Raja menjawab : “Tentu saja akan tenggelam”.

Bhiksu Nagasena bertanya lagi : “Apakah ada cara agar dia tidak tenggelam?”

Raja menjawab : “Tidak mungkin”.

Bhiksu Nagasena berkata : “Bagaimana bila batu raksasa itu diletakkan di atas kapal raksasa, bukankah begini sudah bisa?”

Saat itu raja tiba-tiba jadi tercerahkan dan memahaminya, andaikata mengandalkan kekuatanNya, dengan sendirinya takkan tenggelam.  

Praktisi pelafal Amituofo  mengandalkan kekuatan kapal tekad agung Buddha Amitabha, keluar dari lautan penderitaan, bersama-sama berlayar ke Alam Sukhavati, ikut serta dalam persamuan kolam teratai, adakah kesulitannya?

(Petikan Majalah Bulanan Ming Lun edisi 113)    
  




    從前有一位國王,問那先和尚說:「念佛帶業往生,這是件難以相信的事。」
那先問國王說:「大王,如果有一塊大的石頭,放在水上它會沉入水底嗎?」
王說:「一定會沉的。」
    那先又說:「可以有方法使它不沉嗎?」
    「不可能的。」
    那先說:「如果將巨石放在巨船上面,不是可以了嗎?」
    這時國王恍然領悟,如果仗著他力,自然可以不沉。
    念佛眾生仗彌陀大願船之力,出離苦海,共赴極樂,參加蓮池海會,有何困難呢?
(明倫月刊113期)