Jumat, 08 Juni 2018

34. Melafal Amituofo Menyembuhkan Penyakit Kronis

Melafal Amituofo Menyembuhkan Penyakit Kronis



 

1. Master Hong Yi dan Upasaka Fan Gu-nong dari Jiaxing (Kota Prefektur di Zhejiang) merupakan sahabat karib, ketika menjadi Bhiksu, oleh karena diundang ke Jiaxing untuk membentuk komunitas belajar Ajaran Buddha, sehingga menetap di sana untuk satu kurun waktu, bersama Upasaka Fan Gu-nong, mereka belajar bersama-sama.



 

2. Suatu hari Upasaka Fan Gu-nong pergi mengunjungi sahabatnya yang bernama Dai Jun, menemukan sahabatnya yang periang kini berubah jadi murung.



 

3. Setelah mereka berdua duduk-duduk, Fan Gu-nong bertanya : “Hanya beberapa hari tidak bersua, kenapa bisa berubah jadi begini?”. Dai Jun menjawab : “Entah apa penyebabnya, sepasang mataku kini buta”.  Fan Gu-nong menasehati sahabatnya : “Kehidupan manusia tidak kekal, masalah di dunia sulit diprediksi. Saudara Jun sekarang hanya bisa menfokuskan pikiran melafal Namo Amituofo, memohon kekuatan Buddha memberkati. Mungkin akan ada keajaiban”.



 

4. Kemudian Dai Jun datang ke Vihara Baoben di Kabupaten Pinghu, Jiaxing, siang malam melafal Namo Amituofo, hingga setahun lebih lamanya.



 

5. Tiba-tiba suatu hari, Dai Jun selesai melafal Amituofo dan perlahan membuka matanya, melihat seberkas sinar mentari masuk ke dalam kamarnya.



 

6. Kemudian, kisah nyata Dai Jun yang sembuh dari kebutaan, menjadi buah bibir masyarakat setempat, semua orang jadi mengetahuinya. Banyak orang yang karena hal ini jadi meyakini Ajaran Buddha, melafal Amituofo.

Video :

33. Wu Xin-sou Tidur di Keranda

Wu Xin-sou Tidur di Keranda



 

1. Kekuasaan di dunia ini, setelah terpecah lama kelamaan akan bersatu, setelah bersatu lama kelamaan akan terpecah, kekuatan baru tiada henti-hentinya menumbangkan Dinasti lama. Sampai pada periode awal Dinasti Song Selatan, di sisi luar (eksternal) terdapat berbagai suku dan kelompok yang siap menginvasi kapan saja, sementara itu di sisi dalam (internal) terdapat kelompok pejabat pengkhianat, yakni Qin Hui dkk, yang memiliki pengaruh kuat di pemerintahan, para pejabat jujur dan setia malah dibuang ke pengasingan, diantaranya adalah : Wu Xin-sou.



 

2. Wu Xin-sou adalah pejabat Dinasti Song yang setia dan jujur, namun oleh karena beda pendapat dengan Qin Hui, sehingga terjadi perdebatan, akhirnya Wu Xin-sou dipecat dari jabatannya dan diturunkan statusnya jadi rakyat biasa, diasingkan dan dipulangkan ke kampung halamannya.



 

3. Sesampainya di kampung halaman, Wu Xin-sou mendirikan sebuah gubuk, siang malam melakukan perenungan, tidak peduli lagi dengan masalah duniawi, akhirnya dia menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah tidak kekal.



 

4. Dinasti Shang menumbangkan Dinasti Xia, Kaisar Zhou Wu-wang mendirikan Dinasti Zhou meruntuhkan Dinasti Shang, selanjutnya Dinasti Qin, Han, Wei, Jin, satu persatu Dinasti muncul dan lenyap, meskipun Dinasti sekuat Tang, dimana kejayaan dan kemakmuran-nya belum ada tandingannya sepanjang sejarah, namun akhirnya juga tumbang digantikan Dinasti lainnya, dan kini Dinasti Song yang tidak tegas dan goyah, mustahil bisa bertahan bukan?



 

5. Jabatan tinggi dan gaji besar, menikmati kejayaan dan kemakmuran, namun hanya dalam semalam semuanya sirna, walaupun Patriot dan Jenderal yang super setia seperti Yue Fei, juga karena difitnah oleh Qin Hui sehingga harus kehilangan nyawa, sekarang pikir-pikir masih lumayan dipecat dan dibuang ke pengasingan, namun nyawa masih bisa dipertahankan, sudah sungguh beruntung, mana mungkin berharap lagi bisa memberi gelar bangsawan untuk istri dan anak, serta melindungi kepentingan anak cucu di kemudian hari?



 

6. Nyawa manusia sungguh rapuh, siang malam tak terlindungi, begitu sehela nafas tak kembali lagi, maka berpisah dengan dunia ini buat selamanya, meskipun punya 9 nyawa, juga tak terhindarkan dari penangkapan oleh petugas Neraka, meskipun setiap hari sibuk dengan hal-hal di luar diri, seratus tahun lagi hasilnya adalah sejengkal tanah kuburan, lantas harus bagaimana?



 

7. Akhirnya Wu Xin-sou menemukan jawabannya di dalam Buddha Dharma. Buddha membabarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini tak terpisahkan dari 4 tahapan perubahan yakni pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, bahkan planet yang kita huni sekarang ini, seiring berjalannya waktu juga akan lenyap.

Sedangkan di penjuru barat sana ada sebuah alam yang dinamakan Alam Sukhavati, di sana ada seorang Buddha yang bernama Buddha Amitabha, setiap orang asalkan bersedia melafal namaNya, maka dapat terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, memperoleh kebahagiaan tak terhingga, takkan mengalami siksaan penderitaan lahir, tua, sakit dan mati.



 

8. Sejak itu, Wu Xin-sou siang malam melafal Amituofo di dalam gubuk. Dia bahkan memesan sebuah keranda khusus buat dirinya, tiap malam tidur di keranda tersebut, untuk menyadarkan diri sendiri bahwa kehidupan ini sungguh tidak kekal, mengingatkan diri sendiri jangan lagi mendambakan dunia saha, seharusnya mengagumi Alam Sukhavati yang suci dan damai.



 

9. Tiap pukul 5 dini hari, pembantunya akan memukul dinding keranda sambil menyanyikan :  “Wu Xin-sou, pulanglah ke Alam Sukhavati! Tidak ada tempat yang aman di dalam Triloka maka itu tidak boleh didiami, lain halnya di Alam Sukhavati penuh dengan kuntum-kuntum Bunga Lotus. Pulanglah ke Alam Sukhavati!”

Begitu mendengarnya, Wu Xin-sou segera bangun melafal Amituofo, tidak berani malas sama sekali.



 

10. Demikianlah hari demi hari berlalu. Suatu hari ketika dia melewati Xiaoshan, tiba-tiba mendengar dari angkasa sebuah irama yang indah, mengetahui ajalnya telah tiba, saat itu juga dia duduk melafal Amituofo dan meninggal dunia, mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.



 

11. Buddha berkata nyawa manusia terletak pada sehela nafas. Master Shandao berkata ketidakkekalan bisa datang kapan saja, kita hidup berdampingan dengan kematian. Master Yin Guang berkata, mesti menempel selembar aksara mati di kening kita. Menghadapi kematian yang bisa datang setiap saat, apakah Anda telah mempersiapkan diri?

Disadur dari :                 



Kamis, 07 Juni 2018

32. Kejahatan takkan mampu menghalangi penyelamatan Buddha Amitabha



Kejahatan takkan mampu menghalangi penyelamatan Buddha Amitabha



 

1. Di Kabupaten Zitong, Provinsi Sichuan, terdapat sepasang suami istri yang tinggal di dusun petani, usia mereka berkisar 40 tahun lebih; mereka hanya tinggal berdua oleh karena sampai sekarang masih belum dikaruniai buah hati.



 

2. Suatu hari si istri begitu gembira memberitahu suaminya : “Hari ini saya mendengar sebuah kabar sukacita, yakni yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni di dalam sutra, asalkan kita setiap hari melafal “Namo Amituofo”, kelak dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Di sana takkan ada bencana sama sekali, tiada penderitaan dan kesusahan, yang ada cuma kebahagiaan suci yang tak terhingga. Maka itu saya sudah membulatkan tekad, mulai hari ini saya akan bervegetarian melafal Amituofo”.



 

3. Suaminya tidak belajar Ajaran Buddha, waktu mendengar istrinya bilang “kabar sukacita”, dikirain mendapat batu permata sehingga senang sekali, alhasil baru mendengar kata “melafal Amituofo”,  langsung jadi tak bersemangat, lalu berkata : “Kamu ini istriku, saya mau makan daging, makanya kamu harus tetap memasak daging buatku”.

Istri :  “Tenang saja, saya bervegetarian takkan mempengaruhi dirimu”. 



 

4. Tetapi suaminya tetap saja tidak ikhlas, makanya setiap tiba waktu makan, dia sengaja menuang minyak babi ke hidangan vegetarian istrinya, supaya istrinya tidak dapat bervegetarian bersih. Dan setiap kali habis makan, dia sengaja menyeka mulutnya sambil berkata : “Yang makan daging tidak berdosa, yang memasak daginglah yang berdosa”.  



 

5. Demikianlah dua kali, tiga kali dan seterusnya, hingga akhirnya istrinya membatalkan niatnya bervegetarian. Walaupun tidak dapat bervegetarian, masih untung dapat melafal Namo Amituofo.



 

6. Si suami melihat istrinya masih dapat melafal Amituofo, tetap saja tidak gembira, dalam hatinya berpikir : “Buddha cuma menyelamatkan insan baik dan mengabaikan orang jahat, makanya aku akan sengaja membuatmu menciptakan karma buruk, biar kamu tidak bisa melafal Amituofo lagi!”



 

7. Akhirnya si suami sengaja beralih profesi, sekarang menjual daging B2, bahkan menyembelih sendiri; setiap hari memaksa istrinya membantunya menyembelih babi; bahkan bilang “Yang menyembelih tidak ada dosanya, yang bantu itu justru yang paling berdosa”. Mendengar ucapan ini, si istri hanya dapat menangis dalam hati.



 

8. Sejak itu di rumah mereka tidak lagi terdengar suara istrinya melafal Amituofo, digantikan dengan suara jeritan babi yang menyayat hati. Suaminya sangat puas setelah berhasil menggagalkan upaya istrinya melatih diri.



 

9.  Setelah tiga tahun berlalu, suatu hari, suaminya keheranan melihat istrinya bergembira membereskan rumah, kayak mau menjelang Imlek. Lalu dia bertanya : “Ada ada ini? Memangnya kamu hendak bepergian ya?”



 

10. Istri : “Saya akan pulang”

“Pulang? Ayahbundamu sudah tiada, mau pulang ke mana? Di sini barulah rumahmu, mengerti?”



 

11. Istri : “Saya akan pulang ke tempat kediaman Buddha Amitabha, yakni Alam Sukhavati. Kini saya akan berterus terang padamu. Mulanya saya ingin menjadi seorang praktisi yang bervegetarian melafal Amituofo, tetapi kamu tidak memperbolehkan saya bervegetarian, lalu memaksaku menyembelih babi, sehingga saya tidak dapat melafal Amituofo. Saya tahu kamu sengaja merusak niatku melafal Amituofo, bila saya meneruskan upayaku, entah kejahatan apa lagi yang akan kamu lakukan, makanya ketika berada bersamamu, saya takkan melafal keluar suara”.



 

12. “Sejak menyembelih babi hingga sekarang ini, saya tetap melafal Amituofo di dalam hati, saya menyesali rintangan karma buruk-ku yang berat, mencelakai babi-babi ini, maka itu setiap kali membantumu menyembelih babi, di dalam hati melafal Amituofo dan memanjatkan doa, semoga Buddha Amitabha ber-Maitri Karuna menjemput babi-babi ini terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, menjauhi penderitaan memperoleh kebahagiaan. Saya melafal Amituofo dalam hati hingga babi-babi itu menghembuskan nafas terakhir.

Tak terduga akhirnya, arwah babi-babi yang kita bunuh selama beberapa tahun ini, telah dijemput Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati. Sebagai ungkapan terima kasih karena saya telah membantu mereka melafal Amituofo, 3 hari lagi mereka akan mengikuti Buddha Amitabha datang menjemputku terlahir ke Alam Sukhavati”.

13. Setelah mendengar ucapan istrinya, si suami mengira istrinya sudah gila : “Ini dongeng seribu satu malam dari mana? Makan daging dan menyembelih babi, masih bisa terlahir ke Alam Sukhavati?!”, lalu tertawa terbahak-bahak. Kemudian keluar menceritakan kisah jenaka ini kepada tetangga-tetangganya.



 

14. Tiga hari kemudian, oleh karena penasaran, para tetangga berdatangan untuk melihat apa benar “Buddha Amitabha datang menjemput”.



 

15. Akhirnya ternyata benar, si istri duduk di atas sebuah bangku di tengah pintu rumah, kedua tangannya beranjali, memejamkan mata melafal Amituofo, tidak sampai sepuluh lafalan, wajahnya segar bercahaya, meninggal dunia dalam posisi duduk. Hadirin yang melihatnya jadi terkesima! Katanya Buddha Amitabha 3 hari lagi akan datang, ternyata benar adanya!



 

16. Terutama si suami yang melihat bukti hidup di depan matanya, Maitri Karuna Buddha Amitabha ibarat seberkas cahaya yang menembusi sanubari hatinya, menyesali perbuatannya yang berusaha menggagalkan pelatihan diri istrinya, jadi terpikir : “Saya tidak boleh begini terus, kalau begini terus kelak pasti jatuh ke Neraka; Buddha Amitabha tidak mengabaikan istriku yang tidak bervegetarian dan menyembelih babi, kalau begitu Buddha pasti juga bersedia menerima diriku”. Sejak itu si suami menjadi praktisi Pelafal Amituofo.



 

17. Buddha Amitabha memahami bahwa kita berada di dalam dunia yang dipenuhi lima kekeruhan, sering bertemu dan dipersulit oleh kondisi jahat, jodoh jahat, orang jahat dan perbuatan jahat. Maka itu Buddha Amitabha sengaja memilih buat kita semuanya, sebuah metode yang dapat diamalkan oleh siapa saja, dalam kondisi apa saja.

Seperti yang dikatakan Master Yin Guang bahwa “Tak peduli ketrampilan melatih diri yang dimiliki, apakah mendalam atau dangkal, karma buruk yang dilakukannya, berat atau ringan, semuanya juga memperoleh penyelamatan dari kekuatan welas asih Buddha, terlahir ke Alam Sukhavati”, kejahatan tidak mampu menghalangi penyelamatan Buddha Amitabha, jasa kebajikan dari melafal Amituofo melampaui segala-galanya.

Disadur dari :